Erick Thohir, namanya!
Malah, seperti menohok balik sinyalemen Prabowo soal "Oligarki Media", Jokowi dengan lugas, santai dan tanpa perlu bicara terburu-buru menyebut-nyebut latarbelakang Erick Thohir terlebih dahulu, sebelum menyebutkan namanya dengan jelas.
"Beliau pengusaha sukses. Memiliki media. Memiliki klub sepakbola. Memiliki klub basket, tetapi yang jelas dalam setiap hal yang beliau pimpin, itu selalu mendapatkan kesuksesan," ujar Jokowi pada Jumat (7/9), di bilangan Menteng, Jakarta Pusat.
Erick Thohir memang punya klub sepakbola. Pada 2013, saham klub tim sepakbola ternama Italia, Inter Milan, ia beli dari pemilik sebelumnya Massimo Moratti dengan harga lebih dari Rp 5 triliun.
Erick yang menggemari olahraga basket, juga mendirikan klub bola basket Mahaka Satria Muda Jakarta, dan Mahaputri Jakarta. Masih di bidang olahraga, Erick juga menjabat Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia hingga 2019.
Apa sebaiknya Prabowo menyebut juga "Oligarki (Pemilik) Klub Olahraga"? Menahan ketawa rasanya, kalau itu sampai dilakukan Prabowo.
Lha terus, soal Erick Thohir dan media massanya? Wah, jangan ditanya deh. Erick yang kuliah S1-nya di Glendale University (California), dan studi S2-nya tamatan dari Administrasi Bisnis, Universitas Nasional California ini punya sederet media massa. Mulai dari membangun kembali bisnis harian Republika, mengelola Majalah a+, Parents Indonesia, Golf Digest, dan Sin Chew Indonesia.
Sedangkan di media audio visual, Erick melalui Mahaka Media Grup menjadi pemilik JakTV, stasiun radio GEN 98.7 FM, Prambors FM, Delta FM, dan FeMale Radio.
Erick juga tercatat sebagai Presiden Direktur Viva Grup dan Beyond Media. Makanya, ia pun memiliki saham TVOne dan ANTV.
Bayangkan, sekali tunjuk Erick Thohir, sinyalemen Prabowo soal "Oligarki Media" semakin terpelanting. Lho kok bisa?
Begini. Erick bukan orang baru di industri media. Ia orang yang tahu betul bagaimana bisnis media.