[5] Daniel Perret, Kolonialisme dan Etnisitas:Batak dan Melayu di Sumatra Timur Laut. Diterjemahkan dari judul asli La Formation d’un Paysage Ethnique: Batak & Malais de Sumatra Nord-Est oleh Saraswati Wardhany. (Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2010). Hal. 22
[6] Gelar ini mungkin sama dengan Timorraja (“raja timur”) dalam gelar raja konon ditemui oleh Pinto sekitar tahun 1540 (Pinto 1989: 20).
[7] Anderson. J., Mission to the Eascost of Sumatera in 1832. London, New York: Oxford University Press., 1971.
[8] BIRCI-Journal Volume 4, No 4, November 2021, Page: 12736-12746 e-ISSN: 2615-3076 (Online), p-ISSN: 2615 1715 : Herlina Jasa Putri Harahap, www.bircu-journal.com.
[9] Daniel Perret, Kolonialisme dan Etnisitas: Batak dan Melayu di Sumatra Timur Laut. Terj. Judul asli : La Formation d’un Paysage Ethnique: Batak & Malais de Sumatra Nord-Est oleh Saraswati Wardhany. (Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2010). Hal. 22
[10] Pardede. J. 1975 Die Batakchristen aud Nord-Sumatra und ihr Verhaltnis zu den Muslimen. Disertasi. Johannes Gutenberg- Universitas, Mainz, dalam Erond L. Damanik : Rumor Kanibal, Menolak Batak Dan Jejak Perdagangan: Etnohistori Sumatra Bagian Utara, 2017.
[11] https://kbbi.web.id/batak
[12] Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
[13] “Di ejus insulae [Taprobana=Sumatera], quam dicunt Batech, parte, anthropophagi habitant […].” dikutip dalam Yule/ Burnell (1979: 74).
[14] Anderson. J. Mission to the Eascost of Sumatera in 1832. London, New York: Oxford University Press., 1971.
[15] J. L. Swellengrebel, Mengikuti Jejak Leijdecker: Satu Setengah Abad Penerjemahan Alkitab dan Penelitian Bahasa dalam Bahasa-bahasa Nusantara. Jilid I (1820-1900). Hal. 133