Mohon tunggu...
Budiman Gandewa
Budiman Gandewa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Silent Reader

Bermukim di Pulau Dewata dan jauh dari anak Mertua. Hiks.....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Serial Pak Erte) Hikayat Sendu, neng Romlah

19 Desember 2017   12:47 Diperbarui: 19 Desember 2017   12:57 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pic. jakartanomali.blogspot.com

Empok Saidah, Mbak Jum dan mpok Mumun mulai sesenggukan.  Bang Toyib hanya mengangguk-anggukan kepala. Tidak sedikit yang bergumam  dan mengomentari jalan hidup Romlah yang tragis.

Pokoknya, warga Kampung Pinggir Kali yang lagi ngumpul,  semuanya berwajah sendu. Saking banyaknya orang, halaman rumah Pak Erte  seperti sedang memutar film layar tancep.

Empok Saidah yang masih sesenggukan langsung merangkul Neng Romlah.

"Sabar ya, Romlah..." bisik perempuan tersebut.

"Iya mbak...sabar, yah..." Empok Mumun ikut memberikan simpatinya.

Disaat mereka larut dalam kesedihan, Bang Toyib langsung berdiri dari duduknya, sambil berkata:

" Udah Romlah, nggak usah sedih. Abang mau kok jadi suaminya Romlah"

"Gue juga mau, kok..." Jupri nggak mau kalah.

"Gue juga..." Buluk ikut-ikutan nyahut.

"Saya..!"

"Saya juga..." Sahut beberapa pemuda yang ada disitu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun