"Neng, tolong bilangin Babeh, gih... Ada yang mau sewa" Kata pemuda tersebut.
Tanpa menoleh gadis tersebut ngeloyor pergi, lalu masuk ke sebuah rumah yang dindingnya menempel dengan tembok pembatas areal pemakaman.
Tak lama kemudian dari rumah tersebut, muncul sosok lelaki  tua yang masih kelihatan gagah, dengan gelang akar bahar dan kumis  melintang, ala bang Jampang.
"Eh, Parlan! Lu apain si Romlah ampe mukanya mewek begitu?" Babeh langsung nyap-nyap, tanpa mengindahkan tiga lelaki yang ada diantara mereka.
"Ka...kagak diapa-apain beh, sumpah!" Jawab pemuda itu keder.
"Awas lu ya, kalo sampe si Romlah patah hati. Gua  patah-patahin juga lu!" Ancam babeh. "Mana orang yang mau sewa?" Tanya  babeh kemudian.
"Saya beh.." Sahut lelaki 'pendekar' sambil menjulurkan tangan.
Babeh menjabat tangan lelaki tersebut, juga kedua laki-laki  yang  tadi datang bersama si 'pendekar'. Setelah berbincang sebentar,  mereka langsung mengikuti langkah kaki Babeh memasuki bagian dalam  perkuburan.
***
"Jadi begimana, Bang?" Tanya Romlah sekali lagi, saat Parlan mendaratkan pantat di sebelahnya.
"Duit Abang belum cukup, Neng. Mana sekarang pasaran sepi  lagi. Bulan ini aja cuma ada satu yang meninggal...." Parlan menjawab  pelan.