Melihat ada yang duduk di sebelah majikannya. Ayam Jago tersebut langsung mematuk tangan pemuda tersebut.
"Adaaow...!" Jerit si Buluk kaget.
Pak Erte buru-buru menjauhkan Ayam jagonya. Sementara  pemuda itu langsung ngacir meninggalkan kamar mandi kontrakkan dan  memilih duduk di bawah tiang jemuran. Sambil meratapi nasibnya yang  selalu apes.
****
Pak Erte menghisap rokoknya dalam-dalam dan menghembuskan  asapnya dalam bentuk gumpalan-gumpalan  abstrak. Sebelum akhirnya, asap  rokok tersebut menghilang dihembus angin sepoi-sepoi.
Roman mukanya terlihat serius. Saking seriusnya, Pak Erte  tidak menyadari kehadiran Empok Saidah, istrinya,  yang sejak tadi duduk  di sebelahnya. Padahal seantero Kampung Pinggir Kali juga tahu. Minyak  wangi yang dipakai oleh Mpok Saidah bisa tercium dari jarak lima belas  meter.
Sedangkan Pak Erte cuma berjarak sejengkal. Tapi sama  sekali tidak mengendus kehadiran istrinya. Ini menunjukkan bahwa Pak  Erte sedang memikirkan sesuatu yang penting. Kalau kagak penting, enggak  mungkin hidung Pak Erte tidak mencium bau menyan, eh...bau minyak wangi  istrinya.
"Abang!" Empok Saidah berusaha mengagetkan suaminya. Karena sejak tadi kehadirannya tidak digubris.
"Eh...Elu, Neng. Abang kira, sapa.." Sahut pak Erte  pura-pura kaget. Padahal sudah sejak tadi Pak Erte menahan nafas karena  nggak tahan dengan bau parfum Empok Saidah yang pulen.
"Lagi mikirin apa, sih? Kayaknya serius, amat!" Selidik Mpok Saidah.
"Anu, Saidah...Elu pan tau, kamar mandi kontrakkan kita  cuma satu-satunya. Tiap pagi orang pada ngantri. Ada yang mau sekolah,  ada yang mau kerja. Begimana kalau kita bikin satu atau dua kamar mandi  lagi?" Jawab Pak Erte pada istrinya.