Mohon tunggu...
Budiman Gandewa
Budiman Gandewa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Silent Reader

Bermukim di Pulau Dewata dan jauh dari anak Mertua. Hiks.....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Serial Pak Erte] Banci Aluminium

7 Oktober 2016   15:03 Diperbarui: 7 Oktober 2016   15:12 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sekali lagi saya panggil namanya nggak ada yang ngaku. Saya suruh semuanya lari keliling lapangan sampai pingsan, ya!"

Preman-preman yang duduk ngejeprok di lapangan, langsung di suruh berdiri dan membuka bajunya oleh petugas-petugas yang turut menjaga dan mengawasi.

Sementara Pak Erte dan empok Saidah mulai harap-harap cemas. Jangan-jangan Susanto yang dipanggil barusan, tidak ada di dalem barisan dan bukan keponakan dari mbak Jum.

"Jhoni alias Jontor..." Pak Polisi tersebut kembali menyebut nama sekalian aliasnya untuk menghindari kesalahan. Jadi walaupun ada nama yang sama, bisa diperjelas dengan nama panggilan yang berbeda.

"Susanto alias..." Petugas itu pun menghentikan perkataannya sebentar, memerhatikan sekali lagi nama yang barusan disebutkannya. Setelah merasa yakin, lalu melanjutkan kembali 

"Susanto alias SU-SAN...!"

Tiba-tiba terdengar jenis suara Mezzo-Sopran, dari dalam kerumunan. Tidak lama terlihat susan keluar dari barisan.  Pak Polisi yang tadinya pengen marah, mendadak tersenyum saat melihat Susan berlari-lari centil, sambil menutup kedua dada dengan baju yang di pegangnya.

Susan lalu melambai-lambaikan tangannya ke kerumunan. Sesekali melakukan Kiss Bye dan meniupkannya buat orang-orang yang masih berbaris di lapangan. Persis kayak artis yang melakukan jumpa fans, diiringi dengan tepuk tangan dan sorak sorai.

****

Tidak lama Susan dan rombongan sudah terlihat duduk berdesakan di dalam ambulance. Karena jatah tempat duduk untuk dua orang, diborong mpok Saidah sendirian.

Sepanjang perjalanan, mbak Jum memeluk dan mengelus pipi keponakannya tersebut dengan penuh kasih sayang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun