Mohon tunggu...
Eddy Pepe
Eddy Pepe Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Betawi Bekasi Asli.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Meningitis (5 Tamat)

27 April 2012   06:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:03 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tamu yang menunggu langsung bangkit dan menyambut kedatangan Rara. Beberapa sanak dan teman dekat menyongsong Rara yang diturunkan dari kereta jenasah. Tiga orang menerima Rara dalam gendongannya, lalu membawa Rara ke ruang tamu yang telah disiapkan. Sebuah tempat tidur dilapisi kain putih bersih telah ditempatkan di ruang tamu. Rara diletakkan di sana untuk sementara waktu, sebelum peti jenasah datang.

Para tamu menyalami Nesin dan Rosma, mengucapkan dukacita, membangkitkan semangat, dan memberi kekuatan pada Nesin dan Rosma dalam menghadapi beban ini. Semua orang yang hadir di situ memberi perhatian berlimpah pada keluarga Nesin. Bahkan semua orang telah mengambil bagian masing-masing dalam kedukaan ini.

Urusan pemakaman dan sebagainya telah disiapkan dengan sempurna. Atas persetujuan Nesin dan Rosma, jenasah Rara akan dimakamkan sore nanti. Sebelum pemakaman, akan diadakan Misa Requiem. Semua telah disiapkan. Pastor yang akan mempersembahkan Misa mengantar Rara kembali ke kehidupan kekal pun telah siap. Semua dikerjakan dan dilaksana oleh keluarga, tetangga, dan teman-teman keluarga Nesin. Mereka membagi tugas, ada yang di halaman, di dapur, di pemakaman, dan sebagainya. Semua tertata rapi.

Kini Rara mengenakan gaun malaekat. Putih bersih dengan taburan manik-manik laksana berlian. Rara begitu angun, tidur nyaman dalam peti yang berhiaskan bunga-bunga. Wajahnya kelihatan damai dengan senyum yang mengembang. Rara bagaikan putri yang sedang tidur. Isak tangis terdengar di setiap sudut. Apalagi ketika rombongan anak-anak taman kanak-kanak di mana Rara bersekolah datang, seluruh udara di rumah itu dipenuhi tangis dan isak. Ibu guru tak kuat menahan tangisnya, begitu pula teman-teman sekolah Rara.

Suasana seperti ini membuat hati Rosma dan Nesin kian pilu, kian tenggelam dalam duka. Kenapa perpisahan ini harus terjadi ketika Rara sedang tumbuh ceria. Sesal tak ada artinya lagi.

Tamu datang silih berganti.

Tangis dan isak pun silih berganti.

Doa-doa dipohonkan oleh setiap orang bagi keselamatan jiwa Rara, juga bagi keteguhan Nesin dan Rosma.

Misa Requiem dihadiri begitu banyak orang. Air mata terus mengalr ketika lagu-lagu duka dinyanyikan oleh seluruh umat yang hadir dengan penuh perasaan. Dalam kotbahnya, Pastor yang memberkati jenasah Rara, tak kuasa menahan sesaknya. Pastor menyampaikan kotbah dengan terbata-bata. Duka keluarga Nesin adalah duka semua orang yang mengenalnya, mengenal Rara.

Ledak tangis kian menjadi-jadi ketika penutupan peti jenasah. Rosma tak kuat lagi berdiri. Ia ditopang oleh dua orang agar tetap bisa berdiri. Nesin masih mampu berdiri, namun tetap dalam pengawasan orang.

Pemberangkatan jenasah ke taman keabadian diiringi dengan doa dan nyanyian. Iring-iringan kendaraan pengantar jenasah mengular. Mereka semua ingin mengantar Rara untuk yang terakhir kalinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun