Nama : Gagah Teges Priambodo
NIM : 33222010011
Program Studi : D3-AKUNTANSI
MataKuliah : Pendidikan Etik Dan Anti KorupsiÂ
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Apollo M.Si , AK
UNIVERSITAS MERCU BUANA MERUYA
Mangkunegara IV lahir pada tanggal 3 Maret 1811 dengan nama Raden Mas Sudira. Mangkunegara IV merupakan anak ketujuh dari Kanjeng Pangeran Harya Hadiwijaya I dan Bandara Raden Ajeng Sekeli, putra Mangkunegara II.
R M. Semasa kecilnya, Sudila tidak mengenyam pendidikan formal melainkan mengenyam pendidikan swasta. Ia juga mendapat bimbingan dari Belanda yang dibawa oleh K.G.P.A.A. Selain membimbing Pangeran Riya yang bersiap menjadi K.P., Mangkunagara II, Prangwadana III juga bertugas mendidik R.M. Sudhira. Ia menerima pengajaran dalam bahasa Belanda, tulisan Latin, dan mata pelajaran lainnya. Ahli bahasa Dr. J.F.C. Gerick dan C.F. Winter juga termasuk di antara gurunya.
Layaknya anak bangsawan Mangkunagaran, R.M. Sudila menjadi taruna Resimen Mangkunagaran pada usia 15 tahun. Menurut buku Letnan Kolonel H.F. Oakes, para taruna dilatih oleh perwira senior resimen itu sendiri, dan instruktur Belanda bertugas hanya membantu menyediakan kurikulum pendidikan. Setelah menyelesaikan pendidikan selama satu tahun, R.M Sudira diangkat menjadi pejabat baru di Kompi 5.
R.M. Saat Sudira bertugas di medan perang beberapa bulan kemudian, ia mendapat kabar bahwa ayahnya K.P.H. Hadi Vijaya telah meninggal. Dia dilisensikan oleh kakeknya, K.G.P.A.A. Panglima Mangu Nagara II kembali ke rumah untuk memberikan penghormatan terakhir kepada ayahnya.
Usai pemakaman, R.M. Sudila kembali ke medan pertempuran. Para legiuner berhasil mengalahkan dan menangkap Panebahan Songki, pemimpin pasukan pendukung Pangeran Diponegoro.
Setelah mendapat gelar pangeran, nama R.M Sudira diubah menjadi K.P.H.Gandakusuma. Ia menikah dengan R.Ay. setengah, dan memiliki 14 anak. Segera setelah KGPAA Mangkunagara III wafat pada tahun 1853, K.P.H.Gandakusuma diangkat menjadi KGPAA Mangkunagara IV. Setelah memerintah kurang lebih satu tahun, ia menikah dengan R. Ay. Dunuk, putri Darem (anak kandung) Mangku Nagara III.
Mangkunegara IV merupakan pionir usaha penyulingan gula Mangkunegaram. Ada beberapa alasan Mangkunegara IV memilih industri gula saat itu. Pertama, gula merupakan produk yang sedang naik daun baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri. Kedua, Thoreau sudah membudidayakan tanaman tebu. Ketiga, sumber pendapatan Wangkunigalam sebelumnya, seperti pajak dan sewa tanah, dianggap tidak mencukupi.
Selain dari perolehan kembali tanah melekat, modal awal Gula Wangkunigalan juga berasal dari kontrak sewa tanah dari pengusaha swasta. Wanggunigalam memutuskan untuk tidak memperbarui sewa tanah perusahaan swasta yang berakhir pada tahun 1859-1860. Meski mendapat kritik keras dari para penggarap tanah, Mangunigala IV tetap menjalankan rencananya.