"Yes, my mother in law. If you don't give it back, we go to police office. De la policia," tiba-tiba aku berupaya berbahasa Spanyol, saking histerisnya.
Kedua perempuan menjawab kami dalam bahasa lain. Kami nggak paham. Suamiku mendekati perempuan yang berbadan kecil yang membawa ranting alat tipu. Si perempuan berbadan yang lebih besar membela. Ia mendekati kami. Suami memegang tangan si perempuan yang lebih besar.
"I am pregnant, don't touch," mata si perempuan melotot. Ia mengaku hamil. Kalau suami aku bilang, itu kegemukan, sih.
Tak lama kemudian, anak gadis kami datang. Ia menceritakan kejadian tadi kepada kami dan menjelaskan dalam bahasa Inggris kepada kedua perempuan supaya mereka mengembalikan uang omanya.
Kami pun bertengkar lagi. Pilihannya adalah mereka menyerahkan uang yang dicopet, atau ke kantor polisi bersama kami untuk menyelesaikan persoalan di sana.
Si perempuan berbadan besar mengeluarkan lintingan 20 Euro. Anak gadisku menggeleng.
"Not 20, 100 Euro!" katanya. Kedua tangannya dilipat di dada.
"Give me 50 Euro, I give you this 20 Euro," perempuan berbadan besar itu menggertak. Aku ngakak. Kok, malah kayak bursa tukar uang. Kalaupun kami memberi 50 Euro, dan mengembalikan 20 Euro darinya, artinya kami tekor 30 Euro. Siapa yang bodoh? Matematika dapat berapa, sih?
Sat set, anak gadisku merebut lipatan 20 Euro di tangan si pencopet. Suamiku memaksa mereka untuk menyerahkan 100 Euro.
"100 Euro!" Kata suamiku sambil menengadahkan tangan untuk menerima uang.
"No money," si perempuan membuka bajunya. Memperlihatkan bra dan mengeluarkan payudaranya. Aku jadi ingat pepaya Indonesia. Suamiku mengambil satu langkah ke belakang. Ia terjungkal karena menabrak pohon yang ada. Melihat kejadian itu di depan mataku, aku mau ngakak tapi aku tahan. Situasi sedang genting, harus serius!