"Itu orangnya," anak gadis yang lebih besar menunjuk dua orang perempuan berbadan berisi yang lenggang kangkung di dekat kereta kencana yang tadi kami tumpangi.
Trik copet ala Katedral Palma
Kami pun berlari menuju ke mereka. Ditanya, mereka ngaku nggak paham bahasa Inggris. Padahal waktu datang ke mertua, menggunakan bahasa Inggris.
Mereka awalnya menawarkan ranting pohon. Konon, jika ada yang beli, maka akan mendapatkan keberuntungan di tahun baru. Sebagai gantinya, si pembeli diharuskan memberi uang ganti sebanyak 2 sen saja. Dasar mertua baik, ia memberikan 2 Euro aka 38 K.
Si perempuan yang berbadan lebih kecil menggelengkan kepala dan mengembalikan uang 2 Euro ke dalam dompet. Tapinya, jari kelingkingnya menarik selembar uang berwarna hijau dengan nominal 100 Euro atau 1,6 juta. Profesional banget karena uang tiba-tiba jadi terlipat dan hilang.
Mertua perempuan dan kedua anak gadis yang duduk di sebelahnya melongo melihat apa yang terjadi. Seperti disirep, digendam sampai pada sebuah titik kesadaran anak bungsu muncul, ia mendorong pencopet yang lebih besar dan anak gadis yang lebih besar berteriak kencang.
Sayang, orang-orang di sekitar yang kami tahu berbahasa Jerman itu hanya menoleh lalu membuang muka. Nggak peduli! Teganya.
Untungnya, uang yang dilipat tadi terjatuh di lantai halaman katedral dan diambil mertua perempuan. Keduanya segera melarikan diri. Sampai kami mengejar dan meminta uang lain yang kata mertua belum dikembalikan.
Kamipun berbicara bahasa Inggris dengan mereka karena bahasa Spanyol kami nggak bisa dan kami nggak yakin mereka mampu berbahasa Jerman.
"Give me my mom's money," kata suamiku. Mukanya merah. Pencopet yang berbadan kecil pura-pura bingung dan nggak paham apa yang ia katakan.
"Your mom?" Dia menjawab. Jarinya menunjuk ke arah di mana mertua duduk.