Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Tips Jika Kecopetan di Mallorca, Spanyol

16 Januari 2024   03:50 Diperbarui: 23 Januari 2024   00:41 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampang copet depan katedral Palma, Mallorca (dok. Gana Stegmann)

Kamu pernah kehilangan uang selama perjalanan?

Aku pernah.

Seingatku, pertama kali traveling adalah tahun 1994. Umurku waktu itu masih 18 tahun. Karena masih hijau sekali, aku nggak hati-hati meletakkan uang di kamar asrama yang ditinggali 20 orang selama 2 minggu. Harusnya, aku menitipkan pada panitia, atau aku bawa di dalam dompet ke manapun aku pergi.

Mungkin itu pelajaran berharga yang sudah diatur sama Yang Di Atas. Waktu itu aku kehilangan 1.000 peso atau 200 ribuan rupiah. Uang yang tidak seberapa tapi sangat banyak untuk anak gadis seragam abu-abu.

Tiga puluh tahun berlalu, pengalaman kehilangan uang itu kembali mencuat. Ceritanya, mertua yang kami ajak jalan-jalan ke Mallorca, kecopetan! Begini ceritanya:

Setelah keliling dengan kereta kencana mengelilingi katedral selama 20 menit dengan merogoh 40 Euro atau 640 K, kami duduk-duduk di depan katedral. Seperti biasa, kami selfie dan melihat keramaian orang dari atas. Banyak orang berkulit hitam menjajakan barang-barang bermerk dengan harga murah meriah.

Karena tertarik melihat, suami dan aku turun ke bawah. Sebelum menapaki tangga, aku bilang anak-anak dalam bahasa Indonesia supaya menjaga mertua yang sendirian dengan kursi rodanya.

Maklum, banyak orang berbicara bahasa Jerman di sana, entah turis atau orang lokal. Namanya pulau yang sering dikunjungi turis Jerman, ya jadi pintar bahasanya. Betul, kami mau jalan-jalan sebentar. Toh kedua anak gadis sudah jalan-jalan duluan tanpa kami. Jadinya gantian.

Baru lima menit turun ke bawah melihat tas merk Lux, anak bungsu menelpon suami: "Oma kecopetan!"

Suamiku lari seperti sapi dikasih sambal pada acara karapan sapi. Saking cepatnya, aku nggak sadar, suami aku panggil-panggil nggak menyahut. Rupanya, dia lari kenceng menuju depan katedral, di mana mertua dan anak-anak berdiri. Aku pun ikut lari secepat kilat. Yah, ada apa? Aku bingung tapi reflek lari sajalah.

"Itu orangnya," anak gadis yang lebih besar menunjuk dua orang perempuan berbadan berisi yang lenggang kangkung di dekat kereta kencana yang tadi kami tumpangi. 

Trik copet ala Katedral Palma

Kami pun berlari menuju ke mereka. Ditanya, mereka ngaku nggak paham bahasa Inggris. Padahal waktu datang ke mertua, menggunakan bahasa Inggris.

Mereka awalnya menawarkan ranting pohon. Konon, jika ada yang beli, maka akan mendapatkan keberuntungan di tahun baru. Sebagai gantinya, si pembeli diharuskan memberi uang ganti sebanyak 2 sen saja. Dasar mertua baik, ia memberikan 2 Euro aka 38 K.

Si perempuan yang berbadan lebih kecil menggelengkan kepala dan mengembalikan uang 2 Euro ke dalam dompet. Tapinya, jari kelingkingnya menarik selembar uang berwarna hijau dengan nominal 100 Euro atau 1,6 juta. Profesional banget karena uang tiba-tiba jadi terlipat dan hilang.

Mertua perempuan dan kedua anak gadis yang duduk di sebelahnya melongo melihat apa yang terjadi. Seperti disirep, digendam sampai pada sebuah titik kesadaran anak bungsu muncul, ia mendorong pencopet yang lebih besar dan anak gadis yang lebih besar berteriak kencang.

Sayang, orang-orang di sekitar yang kami tahu berbahasa Jerman itu hanya menoleh lalu membuang muka. Nggak peduli! Teganya.

Untungnya, uang yang dilipat tadi terjatuh di lantai halaman katedral dan diambil mertua perempuan. Keduanya segera melarikan diri. Sampai kami mengejar dan meminta uang lain yang kata mertua belum dikembalikan. 

Kamipun berbicara bahasa Inggris dengan mereka karena bahasa Spanyol kami nggak bisa dan kami nggak yakin mereka mampu berbahasa Jerman.

"Give me my mom's money," kata suamiku. Mukanya merah. Pencopet yang berbadan kecil pura-pura bingung dan nggak paham apa yang ia katakan. 

"Your mom?" Dia menjawab. Jarinya menunjuk ke arah di mana mertua duduk.

"Yes, my mother in law. If you don't give it back, we go to police office. De la policia," tiba-tiba aku berupaya berbahasa Spanyol, saking histerisnya.

Kedua perempuan menjawab kami dalam bahasa lain. Kami nggak paham. Suamiku mendekati perempuan yang berbadan kecil yang membawa ranting alat tipu. Si perempuan berbadan yang lebih besar membela. Ia mendekati kami. Suami memegang tangan si perempuan yang lebih besar.

"I am pregnant, don't touch," mata si perempuan melotot. Ia mengaku hamil. Kalau suami aku bilang, itu kegemukan, sih.

Tak lama kemudian, anak gadis kami datang. Ia menceritakan kejadian tadi kepada kami dan menjelaskan dalam bahasa Inggris kepada kedua perempuan supaya mereka mengembalikan uang omanya.

Kami pun bertengkar lagi. Pilihannya adalah mereka menyerahkan uang yang dicopet, atau ke kantor polisi bersama kami untuk menyelesaikan persoalan di sana.

Si perempuan berbadan besar mengeluarkan lintingan 20 Euro. Anak gadisku menggeleng.

"Not 20, 100 Euro!" katanya. Kedua tangannya dilipat di dada.

"Give me 50 Euro, I give you this 20 Euro," perempuan berbadan besar itu menggertak. Aku ngakak. Kok, malah kayak bursa tukar uang. Kalaupun kami memberi 50 Euro, dan mengembalikan 20 Euro darinya, artinya kami tekor 30 Euro. Siapa yang bodoh? Matematika dapat berapa, sih?

Sat set, anak gadisku merebut lipatan 20 Euro di tangan si pencopet. Suamiku memaksa mereka untuk menyerahkan 100 Euro.

"100 Euro!" Kata suamiku sambil menengadahkan tangan untuk menerima uang.

"No money," si perempuan membuka bajunya. Memperlihatkan bra dan mengeluarkan payudaranya. Aku jadi ingat pepaya Indonesia. Suamiku mengambil satu langkah ke belakang. Ia terjungkal karena menabrak pohon yang ada. Melihat kejadian itu di depan mataku, aku mau ngakak tapi aku tahan. Situasi sedang genting, harus serius!

"100 Euro!" teriak suamiku lagi. Mukanya makin memerah. Ia ingin supaya ibunya yang sudah tua dan pensiun mendapatkan haknya. Uangnya nggak banyak, kasihan kalau diambil orang seenaknya. Sebagai anak, ia berkewajiban membela. 

"No money," tiba-tiba, si perempuan berbadan besar itu membuka celana panjang kolornya. Suamiku kagetnya setengah mati.

Belum habis kaget dari baju yang dibuka di atas, ini bagian bawah ikut dibuka. Alamak, dramatis banget. Selama kejadian, beberapa anak muda merekam dengan HP. Semoga nggak masuk Tik-Tok atau Instagram Story, ya. Aduhhhh, viral nggak?

Akupun kehilangan seribu bahasa, melongo, melihat mereka meninggalkan kami. Aku mengejar mereka, mereka nggak peduli, nggak mau berhenti.

"De la Policia!" seruku.

Mereka nggak peduli dan terus berjalan cepat-cepat di jalan kecil lainnya. Mereka pun hilang di sebuah tikungan. Aku nggak bisa mengejar dan memilih kembali ke suami yang masih kaget melihat pemandangan aneh tadi. 

Kami pun bergandengan tangan menuju mertua dan anak bungsu. Suami mengajak kami meninggalkan Katedral dan melanjutkan perjalanan jalan-jalan ke kota. 

Lewat di sebuah kedai es krim....

"Beli es, yuk. Aku bayarin," Oma menawari kami.

Aku dan suami masih syok dan menggelengkan kepala. Nggak nafsu. Anak-anak gadis langsung mengangguk. Mereka nampak menikmati es krim.

Aku masih kaget setengah mati. Kok, kejadian kayak film Holywood. Sebenarnya banyak informasi kecopetan di Mallorca yang diberitakan di Jerman dalam acara "Abzocke." Kok, akhirnya mengalami sendiri.

"Aku telepon polisi, ya."

Aku mengeluarkan HP. Karena EU, nggak harus bayar roaming kalau pakai telpon, internet atau WA dengan nomor Jerman. Sayangnya sampai 5 menit, teleponku nggak diangkat. Sebellllll. Polisinya pada ke mana, ya? 

"Udah. Nggak usah," suamiku membujukku untuk mengurungkan niat karena percuma sajalah. Kedua orang tersebut kata si kusir kereta kencana adalah copet profesional dan punya jaringan.

"Biar kapok, tuh orang," aku gemesnya setengah mati.

"Sebentar.... Setelah aku itung, nggak ada uang yang hilang, kok," jelas Oma.

"Haaaa?" Aku mengernyitkan dahi.

"Yang 20 Euro sudah dikembalikan tadi, kan. Kalau aku bawa uang 400 Euro, 100 Euro aku kasih Rosi sebelum kita terbang. Yang 50 Euro kan dua hari lalu aku kasih ke tetangga. Yang 20 Euro buat beli es tadi. Yang 100 Euro aku ambil dari lantai katedral. Terus 20 Euro dikembalikan pencopet. Di dompet masih 110 Euro. Nggak ada yang hilang," Matanya menatap kami yang masih juga nggak percaya betapa bodohnya kami.

Kami pun ngakak. Kalau semua lengkap dan tadi kami memaksa pencopet untuk mengembalikan 100 Euro, yang malak siapa coba? Kami lebih jahat dari pencopet, ternyata. 

Tips saat dicopet

Dari cerita kami tadi, kami rekomendasikan kalian untuk melakukan hal yang sama jika kecopetan di Mallorca:

1. Berteriak untuk menarik perhatian orang -orang sekitar, siapa tahu ada yang menolong.
2. Minta bantuan saudara/grup yang ikut dalam perjalanan.
3. Kejar copet sampai dapat bareng-bareng.
4. Pegang tangannya, pandang matanya.
5. Ajak diskusi pencopet di ruang publik supaya banyak saksi.
6. Ajak ke kantor polisi (biasanya ada pos terdekat, bisa dilihat di google map).
7. Telepon polisi untuk melaporkan kejadian (no telepon bisa googling).

Kata orang, kalau nahas terjadi sekali itu namanya wajar, dua kali terjadi akan menjadi pelajaran dan tiga kali terjadi adalah sebuah kebodohan. Itulah sebabnya, perlunya kita belajar dari pengalaman orang lain agar tidak akan terjadi di masa mendatang. 

***

Semoga foto pencopet profesional di katedral Palma, Mallorca ini viral dan cerita ini memberikan informasi penting bagi kalian yang berwajah Asia dan ingin ke sana.

Kita ini biasanya jadi incaran para copet EU yang cerdik dan pandai sekali mengelabui turis. Kita ini kan berwajah innocent, mudah ditipu karena terlalu baik. Wkwk. Entah sudah berapa orang yang cerita dicopet di EU (Paris, Milan, Budapest, Berlin...)

Ya, sudah. Lain kali kalau jalan-jalan hati-hati, ya. Simpan uang dan barang berharga di tas yang tertutup. Jangan sendirian karena ini menjadi dasar sebagai sasaran empuk para pencopet.

Menjauhlah dari orang asing yang mendekat dengan dalih ini-itu. Jangan mudah percaya dan terpedaya. Jika kalian terbiasa mendengar kata hati, asah! Jitu, kok.

Salam jalan-jalan dan selamat menikmati indahnya matahari terbit di Palma (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun