***
Setahun berlalu. Niko seperti menemukan sesuatu pada Matthias. Meski ia belum juga berubah, ada mainan baru Niko di rumah. Matthias! Seolah ada gairah hidup baru pada Niko. Sayangnya, gairah itu bukan untukku.
Aku ingin kami kembali seperti waktu pacaran dulu. Romantis, harmonis. Kuusulkan pada Niko untuk liburan ke Bodensee. Kebetulan mama memberikan kami voucher menginap di sana, sebagai hadiah ulang tahunku. Tiga puluh tahun.
Perjalanan ke sana tak begitu lama. Hanya satu jam.
Kami pun berangkat. Musim gugur rupanya tak mengekang orang untuk berniat pergi. Jalanan macet! Apalagi Jerman, kapan dan di mana-mana, jalanan diperbaiki. Terlalu banyak uang, disebar di jalan.
Kulirik anak-anak di belakang. Maike sedang menggambar, Matthias tampak memainkan gantungan pada Maxi cosy, kursi bayi warna biru muda. Aku tersenyum. Apa yang aku harapkan dalam hidup ini, selain memiliki anak-anak yang manis, dikasihi, dirindukan dan mencintai orang tuanya?
Pandanganku kembali ke depan, sesekali kutatap suamiku yang seperti resah dengan kemacetan yang terjadi.
Dari arah depan, sebuah mini bus melaju. Aku khawatir. Jantungku berdegup dua kali lebih cepat. Sepertinya, lajunya terlalu kencang. Dan benar, ia terpelanting, menghantam mobil kami. Semua gelap.
***
Samar-samar kudengar suara orang di sekitarku. Kukenal betul, itu mama dan Patricia! Perlahan, kubuka mataku.
“Mana Maike dan Matthias?“ Badanku masih terasa sakit.