6. Opor telur
Kompasianer Eberle yang sedang berlibur dengan keluarganya main ski di Austria, saya kirimi WA. Intinya, minta dibikini kue coklat sama tumpeng untuk pesta. Karena repot, ia menggantinya dengan opor telur. Tigapuluh butir. Sepanci, menggairahkan!
7. Kering tempe
Selain tempe kemul atau mendoan, tempe yang saya beli diiris oleh suami saya dan Windy. Karena difreezer, harus didiamkan sejak pagi-pagi. Begitu agak siang, sudah lemes bisa diiris.
Bumbu rajangan (bawang merah, bawang putih, daun jeruk) dan tomat digongso. Tempe irisan yang sudah digoreng biar kering, dimasukkan. Dikasih kecap manis. “Good job, Win!“ kata saya waktu mencicipinya.
8. Nasi kuning
Sejak pindah ke Jerman. Nasi ini yang biasa saya suguhkan tetangga, teman dan kenalan yang bertandang ke rumah. Jadi sudah diujicoba 10 tahun, ya. Sukses!
Selain unik, enak dan murah, cara membuatnya mudah. Tinggal nasi dengan air dimasak di panci, dikasih bumbu serei, garam, bubuk kunyit dan santan, hingga setengah matang lalu masuk rice cooker. Duapuluh menitan tanak.
Sayangnya, karena masaknya untuk orang banyak, takarannya kurang pas. Kalau biasanya menyuguhi maksimal 20-30 orang, kali itu untuk 100 orang! Ohhh, nasi masih agak keras. Aduuuhhh, piye? Saya kasih air lagi di rice cooker. Rupanya, si nasi ngambek.
Di resto, Windy, Helena dan Neneng sudah kalang kabut menyulap nasi kuning menjadi lembut. Sampai-sampai ada yang memasukkannya ke dalam mikrowelle dan serbetnya terbakar. Ya ampuuuunnnn! Haha. Untung nggak ada pemadam kebakaran lewat.