Tak ada seorang pria-pun dalam hidup yang selalu menghujaniku dengan bunga. Hanya Frank!
Tak ada seorang lelaki di dunia ini yang selalu menanyakan kabarku setiap hari. Hanya Frank!
Tak pernah kutemui pria sesempurna Frank. Sungguh, tidak pernah.
Tapi entah mengapa, lambat laun, ada yang berubah darinya. Mulai ngatur-ngatur! Anehnya, kok, aku nurut ya? Seperti sapi yang dicocok hidung. Apakah karena mantra cinta yang ia tebar di telingaku?
Mulai kuingat satu persatu kalimat yang biasa diproduksi mulutnya yang bau tabak itu. Terbuka sudah buku-buku ketidaksempurnaan Frank, begitu sempurna teraba olehku.
Tuhan, sumpah mati, ia tak berhenti juga mengubahku....
“Aku sudah konsultasi sama dokter Andre, katanya semua bisa diatur. Dadamu akan dibuat secantik mungkin. Sesuai yang aku mau.“ Tanpa persetujuanku, Frank sudah membuat janji dengan dokter bedah. Meski profesiku sebagai model, kuanggap belum perlu operasi apapun yang ingin kujalani. Bukankah kekhas-an, membawa rejeki?
“Bagiku, ukurannya sudah cukup, sepanjang sehat, hunny.“
“Percayalah, ini bukan hanya untukku, untukmu juga.“
“Aku nggak papa, Franky.“
“Sudahlah, hari Selasa jam 10 pagi. Di klinik dokter bedah Andre Schwarz. Katakan kamu cinta aku lalu turuti. Demi masa depan kita.“