Ohhh, tapi ... tidak! Ada yang aneh pada mama. Wajahnya begitu sayu memandangiku yang dandan menor tapi telanjang, sambil cengar-cengir sendiri. Sesekali mama menyeka air matanya yang aku tak tahu, kenapa selalu saja mengalir. Rusak sudah maskara di bulu mata mama, menjadi anak sungai warna hitam di pipi yang lambat laun berubah jadi ungu.
Franky?
Kini kusadari, pria yang menjanjikan “sebuah masa depan“ itu, menghilang dan tak pernah datang lagi ke sini. Itu pasca pesta kokain yang digelar di villa papanya, tahun lalu.
Sayang sekali, sebelumnya, tak pernah terdengar sekalipun ia mengucapkan kalimat-kalimat yang ingin kudengar dari mulutnya sendiri. Kutunggu-tunggu, sampai ia telah berlalu.
Aku?
Hanya bisa tertawa, meringis, tersenyum, menjerit dan menangis, menjalani masa depanku.
Di sini.(G76)
***