“Pagi, hunny."
"Nanti sore jam 4 aku jemput kamu. Aku antar ke salon. Rambutmu sudah berantakan. Malu, ah. Habis itu kita pesta di Kafe Engel.“ Franky menghela nafas. Beberapa detik kemudian, seolah ada yang terhembus di seberang sana. Pasti cerutu Kuba terkutuk itu!
“Tapi aku suka yang nggak macem-macem, Franky“
“Tidak denganku. Katakan kamu cinta aku lalu turuti. Ini demi masa depan kita. Jam empat, ya“ Nada bicara Franky meninggi. Aku takut.
“Aku cinta kamu, Franky. Demi masa depan kita ....“ Pelan tapi pasti, aku katakan.
Kudengar bunyi klik. Seperti biasa, Franky merasa paling wajib pertama menutup percakapan kami
*
Dia, Frank. Franky adalah nama kesayangan yang diberikan mamanya, Frau Schmetterling. Pria Austria yang baru saja kupacari setahun itu, anak pemilik pabrik minuman anggur “Hexe“ yang terkenal. Mama si Frank adalah teman mamaku di klub fitness di kawasan Wina. Dari wanita berkacamata plus itulah, kami berkenalan, berteman lalu pacaran.
Awal-awalnya, kuakui aku sungguh terpesona pada pandangan pertama.
Tak ada hero bermata setajam elang seperti milik Frank. Hanya Frank!