Dia mendekat sambil nyalain lilin kecil yang entah dari mana munculnya. "Kamu harus ngerti. Dia nggak akan ganggu kalau kamu jadi temannya. Teman *selamanya.*"
Seketika bayangan itu terjun ke arahku, menindih badan dengan kekuatan luar biasa. Aku teriak sekuat tenaga, tapi tiba-tiba semuanya gelap.
***
Aku kebangun di kamar yang sama, tapi ada yang aneh. Ruangan itu sekarang penuh debu, dindingnya penuh retakan, dan cahaya dari jendela nggak lagi masuk. Semua terlihat suram dan dingin. Aku coba buka pintu, tapi nggak bisa. Ketika aku lihat ke jendela, nggak ada pemandangan luar. Hanya kegelapan.
Dan di sudut kamar, bayangan itu duduk sambil tersenyum. Tapi kali ini, dia bukan lagi ancaman. Dia kayak... teman lama.
Ibu kos tiba-tiba muncul, tapi dia nggak ngomong ke aku. Dia ngomong ke orang lain yang baru masuk kamar, seorang cowok yang kelihatan bingung, sambil nenteng koper.
"Selamat datang, Mas. Ini kamarnya. Jangan lupa tiap malam bawain bunga, ya."
Aku cuma bisa terdiam di sudut ruangan, menyadari kenyataan mengerikan: aku sekarang adalah bagian dari "penghuni lama."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H