Mohon tunggu...
Furqan Cholish
Furqan Cholish Mohon Tunggu... Auditor - Mahasiswa

Ilmu Tanpa Amal Bagaikan Pohon Tak Berbuah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tazkiyat Al-Nafs

12 November 2024   07:45 Diperbarui: 12 November 2024   07:54 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hendaklah pula mereka tidak mengentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.

Dapat ditambahkan bahwa Rasulullah mengingatkan laki-laki dan perempuan beriman agar tidak berkhalwat, yakni berada di tempat sunyi hanya berdua dengan laki-laki atau perempuan yang bukan mahramnya, dan menjaga hati agar tidak berkhianat kepada pasangan hidupnya, sebagaimana disebutkan pada (Q.S. Yusuf [12]: 52)

ذٰلِكَ لِيَعْلَمَ اَنِّيْ لَمْ اَخُنْهُ بِالْغَيْبِ وَاَنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِيْ كَيْدَ الْخَاۤىِٕنِيْنَ ۝٥٢

Artinya:

(Yusuf berkata,) “Yang demikian itu agar dia (al-Aziz) mengetahui bahwa aku benar-benar tidak mengkhianatinya ketika dia tidak ada (di rumah) dan bahwa sesungguhnya Allah tidak meridai tipu daya orang-orang yang berkhianat.

Al-Qur’an meminta manusia berhati-hati agar tidak merasa dirinya suci. Hal penting yang harus dilakukan di dalam tazkiyat al-nafs (penyucian diri) adalah merawat keimanan agar tetap kuat dan berfungsi menjauhkan diri kita dari berbuat dosa, baik dosa besar, dosa kecil, dosa lahir, maupun dosa batin. Setelah merawat keimanan, kita perlu merawat ibadah dengan istikamah serta memperbaiki kualitas ibadah lahir batin. 

Dengan bekal keimanan dan ketekunan beribadah, kita perlu mendidik dan melatih diri kita agar menjadi pribadi yang bersih dan dekat dengan Allah, kemudian mengorientasikan hidup kita seluruhnya menuju kehidupan abadi di akhirat. Jika langkah-langkah ini sudah dilakukan dengan baik dan benar, kita harus waspada dalam menjaga hati agar tidak merasa telah menjadi orang suci. 

Kita berserah diri secara total kepada Allah, maka biarlah dia yang menilai siapa di antara manusia ini yang jiwanya benar-benar bersih. Allah tidak menyukai sifat Yahudi dan Nasrani yang merasa dirinya bersih. Padahal sejatinya mereka tenggelam dalam kekufuran dan kemusyrikan. Perhatikan firman Allah berikut ini. (Q.S. An-Nisa [4]: 49)

اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ يُزَكُّوْنَ اَنْفُسَهُمْۗ بَلِ اللّٰهُ يُزَكِّيْ مَنْ يَّشَاۤءُ وَلَا يُظْلَمُوْنَ فَتِيْلًا ۝٤٩

Artinya:

Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinya suci? Sebenarnya Allah menyucikan siapa yang Dia kehendaki dan mereka tidak dizalimi sedikit pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun