(Umi Kalsum)
Seperti lilin rasa hatikuajur di bakarnya. O, begitu malamg nasibnya. Tapi dengan tak ku ketahui, dari belakang Zainab muncul dan datang hendak merebut surat itu. Betapa merah mukanya ketika melihat surat itu, ia tunduk.
-Zainab, kenapa kau berbuat begitu? Tanyaku memelas.
-Seharusnya pertanyaan itu aku yang punya, jawabnya lirih.
-Tapi aku tak bersalah bukan?
-Kau menyakiti hatiku.
-Tidak. Aku tak menyakiti hatimu.
-Dan surat itu?
-Itu urusanku sendiri, Nab.
-Dari Umi, bukan?
-Bagaimana kau tahu?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!