Ini yang pertama kali saya berkunjung ke kota yang dijuluki juga Kota Kerang. Saat sampai cuaca tetap menunjukan awan mendung. Gerimis halus turun menyapa lembut.
Terlihat ramai sekali penumpang yang turun. Abang-abang becak motor (betor) sudah siap sedia mengantarkan calon penumpangnya.
Sampai di lokasi dan sesudah ishoma (istirahan-sholat-makan) kami bersiap menuju salah satu objek wisata pantai dan dermaga di Tanjung Balai. Sebenarnya ada usulan untuk pergi ke objek wisata titi panjang atau jembatan tabayang yang panjangnya sekitar 600 meter dan sebagai jembatan terpanjang  di Sumut.
Rencana tersebut dibatalkan dan diputuskan ke dermaga. Sesudah lepas Ashar, kami berangkat dengan menggunakan mobil pick-up terbuka. Mengingat banyaknya yang ikut, sebagian lagi menggunakan sepeda motor dan betor.
Namun sebelum berangkat, Pak Edo seorang Guru olahraga yang bertubuh sedikit gempal meminta Geliga krim kepada saya. Kaki dan punggung beliau juga pegal dan nyeri sehabis jalan kaki mengitari pasar dan sekitar sungai yang tak jauh dari rumah tempat menginap.
"Pak Daus, pinjamlah obat krim tadi ... pegal juga kakiku habis muter-muter tadi", katanya dengan logat khas Batak sambil sedikit meringis.
Lalu saya berikan Geliga krim kepadanya dan menerangkan cara pemakaiannya. Beliau mulai mengusuk pada pergelangan kaki dan betis.Â
Setelah itu kami bersiap untuk berangkat. Pak Edo yang jadi sopir mobil pick-up yang dipinjam oleh tuan rumah ke familinya.
Jarak tempuh ke lokasi yang bernama Dermaga Panton tidak terlalu jauh. Sekitar 7 menit sudah sampai. Kalau berjalan kaki sekitar 20 menit.