Lumayan banyak yang ikut "berlayar" ke arah muara laut yang berjarak sekitar 1 mil laut (1,8 km) dari dermaga.
Kapal mulai bergerak dengan laju tidak terlalu cepat dan tidak juga lambat. Prediksi saya sekitar 15 knot laju kapal. Memakai mesin mitsubishi, jadi suara yang keluar tidak terlalu keras.
Rasa cemas dan was-was di awal berangkat tidak lagi terlihat. Anak-anak pun terlihat gembira. Bagi ibu-ibu mulai terlihat senang.
Sewaktu kapal kami mendekat melewatinya terlihat para ABK sedang memindahkan hasil tangkapan ikan ke kapal yang lebih kecil. Para crew kapal ini melihat kami dan melambaikan tangan. Lalu disambut pula dengan lambaian yang sama dari kami.
Ini merupakan ciri khas salam antar kapal nelayan di laut. Sama halnya dengan bus atau truk yang berpapasan di jalan yang saling mengklakson.
Tak lama berselang langit senja pelan menghampiri. Air laut mulai pasang. Temaram sunset meski sedikit mulai merona di batas cakrawala. Tak terasa ada 45 menit kami menikmati "berlayar".
Kapal sudah berbalik arah menuju dermaga. Terlihat wajah-wajah senang dan puas setelah berlayar sesaat. Kapal pun merapat dengan selamat ke dermaga. Dan kami bersiap menuju pulang ke penginapan.
 Sebelum makan malam, ada seorang anak remaja perempuan yang keseleo di pergelangan kakinya sewaktu turun dari mobil. Bareng isteri saya, ibunya yang juga guru mendatangi saya. Â
"Ini Buk, oleskan saja disekitar pergelangan kakinya lalu di kusuk seperti biasa. Nanti kalau mau tidur diulangi lagi," ujar saya menerangkan cara pemakiannya kepada guru tersebut.