Selanjutnya bersama isteri, saya  menyiapkan segala sesuatu yang perlu dibawa esoknya. Tidak lupa membawa mantel dan payung serta tak kalah penting Geliga krim yang baru dibeli dua hari lalu. Tidak lupa minyak aroma therapy untuk antisipasi masuk angin selama diperjalanan.
 "Bang, itu apa yang dipakai ke kakinya ?", tanya seorang guru perempuan kepada saya saat di dalam kereta api yang sudah jalan.
Saat itu saya mengeluarkan Geliga krim dan mengoleskannya di kaki, punggung dan tengkuk. Lalu dikusuk-kusuk (dipijat-pijat /diurut).
Sambil dibantu isteri untuk mengusuk pada bagian punggung dan tengkuk, saya jelaskan lagi Geliga krim ini juga cocok untuk perempuan dan anak-anak.
"Ini kemaren habis kerja berat sebelum berangkat. Jadi pegal-pegal linu sudah terasa sekarang", alasan saya menggunakan Geliga Krim sambil dibawa senyum.
Rupanya ada guru lain yang senyam-senyum melihat saya lagi dikusuk sama isteri.
"Nah..., ini baru isteri sayang sama suami", canda seorang guru perempuan yang sedang berjalan menuju toilet.
Cuaca yang mendung pada pagi keberangkatan itu ditambah dengan dinginnya AC sekarang jadi hangat oleh Geliga krim. Meresap lembut ke badan. Aroma mentholnya membuat nyaman terasa. Tak lama berselang saya terlelap untuk beberapa saat.
Tak terasa, sekitar jam 11.00 WIB kereta api telah sampai di Tanjung Balai. Sama dengan mobil, waktu tempuh dengan kereta api dari Medan ke Tanjung Balai sekitar 4,5 -- 5 jam. Itu sudah termasuk berhenti sejenak di beberapa stasiun untuk menurunkan dan menaikan penumpang.