Mohon tunggu...
Firdaus Tanjung
Firdaus Tanjung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memberi dan mengayuh dalam lingkar rantai kata

"Apabila tidak bisa berbuat baik - Jangan pernah berbuat salah" || Love for All - Hatred for None || E-mail; firdaustanjung99@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bersama Guru "Berlayar" Asik di Tanjung Balai

9 Januari 2018   01:14 Diperbarui: 9 Januari 2018   23:46 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana sore Dermaga Panton, Tj. Balai. Para guru terlihat asik menikmati suasana sore. Terlihat sejumlah karung warna putih yang berisi kerang /kepah. (Dok. F. Tanjung)

Ini yang pertama kali saya berkunjung ke kota yang dijuluki juga Kota Kerang. Saat sampai cuaca tetap menunjukan awan mendung. Gerimis halus turun menyapa lembut.

Terlihat ramai sekali penumpang yang turun. Abang-abang becak motor (betor) sudah siap sedia mengantarkan calon penumpangnya.

Stasiun kereta api Tj. Balai. Terlihat becak motor yang siap membawa penumpang (Dok. F. Tanjung)
Stasiun kereta api Tj. Balai. Terlihat becak motor yang siap membawa penumpang (Dok. F. Tanjung)
Rombongan kami yang lumayan banyak menggunakan betor sebanyak 10 unit. Rata-rata satu betor berisi 4-5 orang. Bisa dibayangkan semacam iringan parade karnaval. Sisanya menggunakan mobil pribadi milik kepala sekolah.

Sampai di lokasi dan sesudah ishoma (istirahan-sholat-makan) kami bersiap menuju salah satu objek wisata pantai dan dermaga di Tanjung Balai. Sebenarnya ada usulan untuk pergi ke objek wisata titi panjang atau jembatan tabayang yang panjangnya sekitar 600 meter dan sebagai jembatan terpanjang  di Sumut.

Rencana tersebut dibatalkan dan diputuskan ke dermaga. Sesudah lepas Ashar, kami berangkat dengan menggunakan mobil pick-up terbuka. Mengingat banyaknya yang ikut, sebagian lagi menggunakan sepeda motor dan betor.

Namun sebelum berangkat, Pak Edo seorang Guru olahraga yang bertubuh sedikit gempal meminta Geliga krim kepada saya. Kaki dan punggung beliau juga pegal dan nyeri sehabis jalan kaki mengitari pasar dan sekitar sungai yang tak jauh dari rumah tempat menginap.

"Pak Daus, pinjamlah obat krim tadi ... pegal juga kakiku habis muter-muter tadi", katanya dengan logat khas Batak sambil sedikit meringis.

Lalu saya berikan Geliga krim kepadanya dan menerangkan cara pemakaiannya. Beliau mulai mengusuk pada pergelangan kaki dan betis. 

Pak Edo sedang mengusuk betis kakinya dengan Geliga krim. (Dok. F. Tanjung)
Pak Edo sedang mengusuk betis kakinya dengan Geliga krim. (Dok. F. Tanjung)
"Hangat dan lembut yaa...dan tidak lengket rasanya. Cepat juga reaksinya. Mulai agak ringan nih kaki," ujarnya setelah beberapa saat mengoles Geliga krim.

Setelah itu kami bersiap untuk berangkat. Pak Edo yang jadi sopir mobil pick-up yang dipinjam oleh tuan rumah ke familinya.

Jarak tempuh ke lokasi yang bernama Dermaga Panton tidak terlalu jauh. Sekitar 7 menit sudah sampai. Kalau berjalan kaki sekitar 20 menit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun