Pak Yunus menghentikan kegiatan kerjanya, lalu menghela nafas panjang.
"Rakuti, dulu memang ada karyawan bernama Mentari tapi sekarang Mentari sudah tidak ada," kata Pak Yunus.
"Maksud Bapak dia pindah kerja atau bagaimana?"Rakuti semakin bingung dan mulai merasa aneh.
Pak Yunus mulai bercerita
"Tahun 1998 aku dan dia masih anak baru sepertimu di unit Trade Service ini. Â Mentari adalah pegawai yang teliti dan cekatan. Â Tetapi pada suatu hari, kami lembur bersama hingga menjelang tengah malam. Â Dia pamit pulang naik taksi, tadinya aku ingin mengantarnya pulang tetapi dia menolak.Â
Besoknya kami mendapat kabar bahwa Mentari telah meninggal dibunuh di taksi dengan leher terluka oleh clurit. Â Rupanya sopir taksi itu bekerjasama dengan begal yang bersembunyi di bagasi taksi. Â Aku sangat kehilangan dia Rakuti, meja kerja di seberang itu dulunya adalah meja kerjanya.Â
Sejenak Rakuti hanya bisa termangu mendengar cerita Pak Yunus. Â Pantas saja ketika Mentari datang hawa di ruangan begitu dingin dan chocker itu, bergidik Rakuti membayangkan jika chocker di leher Mentari itu dilepas. Â Di seberang meja kerjanya samar-samar terlihat bayangan Mentari tersenyum padanya sambil melambaikan tangannya. Chockernya sudah tidak ada, di lehernya terdapat luka sayatan menganga dengan darah segar mengalir membasahi leher dan dadanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H