Sebuah tepukan dipundaknya menyadarkannya, Mirah sudah berdiri di dekatnya, dia melepas kalung emas miliknya lalu diberikannya pada Santi.
“Sudah lama aku ingin memiliki sepeda sendiri, boleh aku beli sepedamu? Aku akan membayarnya dengan kalung kesayanganku ini.”
Santi terkejut mendengar permintaan Mirah
“Hah, membelinya? Tidak, aku tidak akan menjualnya, nanti bapak ibuku marah.”
Namun Mirah masih ngotot memaksa Santi menjualnya
“Coba dulu kalungku ini, kamu pasti akan terlihat cantik memakainya, sini aku pakaikan.”
Santi memandangi kalung emas berbandul batu Mirah Delima berbentuk hati. Sebuah kalung yang cantik, mendadak Santi merasa ingin memilikinya. Dia tak menolak ketika Mirah kemudian memakaikan kalung itu di leher Santi lalu tersenyum senang
“Nah kan, sekarang kamu jadi lebih cantik.”
Tiba-tiba terdengar suara deru pesawat meraung-raung di kejauhan. Wajah anak-anak itu tampak ketakutan, mereka menengadah ke langit lalu serempak berseru
“Cocor Merah…Cocor Merah…Cocor Merah datang!”
Cocor merah dalah pesawat pengebom yang digunakan oleh Belanda pada perang dunia II. Pada saat itu mereka biasanya menyasar daerah yang ada pabrik dan perkebunan-perkebunan. Seorang pekerja pabrik berlari mendatangi mereka lalu menarik tangan anak-anak itu.