Mohon tunggu...
Freya
Freya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

suka menulis cerita silat, misteri dan horror

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Di Antara Dua Dimensi Bab 2

17 Juli 2024   23:52 Diperbarui: 18 Juli 2024   05:17 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Putri duduk di meja tempat dia dan teman-temannya berkumpul, sejenak dia terdiam berpikir mencari cara untuk bisa keluar dari tempat itu. Dia mencoba menghubungi Farida namun seperti tadi pagi, upayanya gagal. Tiba-tiba terdengar sebuah suara menyapanya

"Ibu mau pesan apa?"

Putri terkejut dan menoleh, dilihatnya Mas Security yang tadi ditemuinya di kantor sekarang telah menjelma sebagai pelayan cafe.

"Hei, kamu kan security yang tadi di bank kan? Kamu nyambi kerja di sini?" Tanya Putri.

Tetapi di luar dugaan, si pelayan cafe tampak kebingungan dan berkata

"Maaf Bu, saya bukan Security bank, saya ini pelayan cafe dan saya belum pernah bertemu ibu sebelumnya."

Putri mulai kesal sudah jelas tadi mereka bertemu di bank, tapi pemuda itu masih saja ngeyel merasa tidak pernah bertemu.

"Oh, maaf kalau begitu kamu punya saudara kembar yang bekerja sebagai security di bank?" tanya Putri lagi.

Pemuda itu semakin bingung

"Saya tidak punya kembaran Bu, memangnya ibu ketemu orang yang mirip saya?"

Putri merasa perasaannya mulai kacau, wajahnya sudah merah menahan emosi yang mulai memuncak.  Dia merasa pemuda itu mencoba mempermainkannya. Dicobanya menenangkan diri, Putri mengambil nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya keluar perlahan-lahan sebanyak tiga kali. Sekarang yang penting baginya adalah dia harus bisa segera keluar dari tempat yang membingungkan sekaligus menyeramkan ini.

"Oke, saya tidak peduli lagi kamu punya kembaran atau tidak. Tapi mengapa mall ini begitu sepi padahal tadi ramai. Kemana teman-teman saya yang tadi duduk di sini dan pengunjung cafe lainnya?!" Seru Putri dengan suara bergetar menahan marah.

Pelayan caf itu tertegun, tetapi dia tetap tenang dan dengan sopan berkata

"Oh, itu masalahnya, baiklah saya tunjukan jalan keluarnya."

Emosi Putri mulai sedikit mereda, dia berharap pelayan cafe itu dapat menunjukan jalan keluarnya seperti ketika di kantornya pagi tadi.

"Kamu tahu jalan keluarnya?"

Pelayan caf mengangguk, lalu tangannya bergerak mempersilahkan Putri keluar cafe.

"Kita keluar dari sini nanti saya tunjukan jalannya, tempatnya ada diluar."

Putri segera berdiri mengikuti pelayan cafe, setelah beberapa langkah berjalan mereka menjumpai lift.

"Ibu naik lift ini, tutup pintu lift lalu tekan tombol lantai 1, setelah itu ibu bisa keluar dari sini," ujar pelayan cafe.

Saran itu terdengar aneh di telinga putri sekaligus meragukan.

"Kenapa harus naik lift? Bagaimana kalau ternyata liftnya bermasalah, siapa yang akan menolongku?" "Lagipula Cafe Star kan berada di lantai ini juga? Kalau ternyata nyasar ke tempat lain dengan situasi sama seperti ini bagaimana? Kamu bisa menjamin saya akan selamat?"

Putri yang sudah panik menghamburkan banyak pertanyaan pada si pelayan cafe. Namun si pelayan cafe tetap tenang, dia hanya menjawab

"Ibu, percayalah, ibu akan baik-baik saja dan bisa meninggalkan tempat ini dengan aman."

Putri kembali memandangi lift di depannya,  sepertinya dia sedang menimbang resikonya lalu menggeleng

"Tidak...tidak...saya tidak mau naik lift sendirian, kamu harus ikut menemani saya!"

"Tapi Bu, cuma lewat lift ini jalan satu-satunya, percayalah, lift ini baik-baik saja. Mohon maaf saya tidak bisa menemani Ibu naik lift, saya harus tetap di sini," pemuda itu mencoba meyakinkannya.

Pemuda itu melihat ke jam di tangannya, wajahnya berubah lalu berkata

"Ibu jangan terlalu lama di sini nanti ibu tidak bisa pulang. Percayalah, semua akan baik-baik saja!" Pemuda itu menyentuh pundak Putri dan mendorong pelan masuk lift.

Putri menghela nafas, dia tidak ada pilihan lagi. Dengan ragu-ragu Putri menekan tombol turun lalu masuk ke lift. Ketika dia membalikan badan pemuda itu sudah menghilang. Seketika Putri merinding, hatinya mulai meragu apakah pemuda yang ditemuinya ini manusia atau bukan. Putri menutup pintu lift dan menekan tombol lantai 1. Lift mulai bergerak turun perlahan. Baru sebentar lift turun, tiba-tiba lampu lift berkedip-kedip lalu mati dan lift berhenti di tengah jalan. Putri semakin panik, dia takut lift itu tiba-tiba meluncur dengan deras tanpa kendali dan dia mati di dalamnya.  Putri berusaha tenang dan tidak membuat banyak gerakan.  Setelah lampu darurat lift menyala, dengan hati-hati dia mencari tombol darurat dan menekannya.

Tiba-tiba lift kembali bergerak dan pintu lift terbuka. Putri melangkah keluar dari lift, sekarang dia sudah kembali ke lantai tempat Cafe Star berada. Suasana mall kembali normal, orang-orang ramai berlalu-lalang di tempat itu, Putri merasa lega, dunianya sudah kembali. Dia segera masuk ke Cafe Star, di meja yang terletak di sudut ruangan, terlihat teman-temannya sedang makan dan minum. Melihat kedatangan Putri Bu Dessy langsung berkata

"Put, kamu tadi kemana saja? Tuh lihat makanan dan minuman pesananmu sudah mulai dingin."

"Iya Put, kami sempat melihatmu cuma mondar-mandir di depan pintu cafe kaya orang bingung setelah itu kamu malah masuk ke toko sebelah," tambah Farida.

Putri bertambah bingung, dia lalu duduk meneguk kopi pesanannya yang sudah mulai dingin.

"Memangnya tadi aku ngapain aja sih?" tanya Putri.

Bu Dessy, Farida dan teman-temannya seketika bengong

"Put, kamu baik-baik saja kan?" Tanya Hendy salah satu rekannya.

"Apa yang terjadi tadi, kenapa kamu kelihatan bingung dan wajahmu pucat? Kalau kamu sakit besok kamu nggak usah masuk aja. Nanti biar Hendy yang antar kamu pulang," saran Bu Dessy.

"Tidak Bu, saya tidak apa-apa. Mungkin besok saya mau ijin sehari tidak masuk, saya mau istirahat," ujar Putri.  

Putri menghela nafas, dia ingin menceritakan kejadian yang dia alami tadi pada teman-temannya, tapi dia takut teman-temannya tidak percaya dan menganggapnya tidak waras yang pastinya hal ini akan berdampak dengan karirnya jika Bu Dessy menganggapnya halu.

"Ya sudah, tidak apa-apa kalau mau izin sehari. Sekarang makanlah sebelum Spaghetimu dingin," kata Bu Dessy.

Setelah makan, moodnya mulai membaik..

"Ehm, mungkin tadi aku lapar ya, jadi habis dari toilet aku malah masuk ke toko lain," kata Putri sambil tertawa. Dia sedang berusaha menutupi kegalauannya dengan makan dan bercanda dengan teman-temannya.

****

Setibanya di rumah, ibunya yang membukakan pintu mengamati wajah Putri dengan seksama lalu bertanya

"Put, wajahmu kok pucat? Kamu sakit ya?"

Dengan wajah cemas ibunya lalu memegang wajah dan tangan Putri

"Badanmu dingin, kamu mandi air anget setelah itu minum Wedhang Uwuh ya."

"Aku ngga apa-apa Bu, habis naik motor malam-malam wajar kalau badanku dingin kena angin malam," Putri berusaha menenangkan ibunya.

Keesokan paginya Putri bangun agak siang, perutnya terasa lapar. Dia segera beranjak berjalan ke meja makan. Di sana kedua orangtuanya sedang menikmati sarapan, Putri segera duduk dan minum teh hangat yang disediakan di meja

"Kamu sudah sehat Put? Kalau masih sakit nanti Bapak antar ke dokter," kata Bapaknya.

"Aku tidak memerlukan dokter Pak, aku perlu Orang Pintar, sepertinya aku kesambet demit Pak," ujar Putri.

Kedua orangtuanya terkejut mendengar pernyataan Putri.

"Kesambet dimana? Apa kamu habis ke tempat angker semalam?" tanya bapaknya.

"Aku nggak ke tempat angker Pak, tapi kalau aku cerita pasti Bapak Ibu tidak percaya dan menganggapku gila."

"Kamu cerita saja, Bapak Ibu percaya sama kamu," kata ibunya.

Putri menceritakan kejadian yang dialaminya kemarin, setelah itu bapaknya langsung memanggil seorang Ustadz untuk mengusir demit yang mungkin menempel di tubuh Putri. Namun setelah memeriksa Putri, Ustadz itu berkata

"Tidak ada setan, demit yang menempel di badan Mba Putri, badannya bersih. "

"Tidak ada gangguan demit? Tapi kenapa aku mengalami kejadian aneh itu? Aku seperti berpindah ke alam lain, kupikir aku telah disesatkan oleh setan penunggu kantor dan Mall," ujar Putri.

"Sebenarnya apa yang terjadi, coba Mba Putri cerita dari awal mungkin saya bisa bantu," kata Pak Ustadz.

Putri kembali menceritakan pengalamannya kemarin mulai dari ditabrak ibu-ibu nasabah di depan pintu sampai kejadian di mall. Usai mendengarkan cerita Putri, Pak Ustadz terdiam sejenak setelah itu bertanya

"Mba Putri kenal dengan ibu-ibu  itu?" Tanya Pak Ustadz.

"Tidak Pak Ustadz."

Pak Ustadz menghela nafas panjang lalu berkata lagi

"Mba Putri coba cari ibu-ibu itu lagi, karena menurut penilaian saya peristiwa aneh itu terjadi setelah Mba Putri menabrak ibu itu. Mungkin ada pesan yang mau disampaikan dan pemuda yang ditemui Mba Putri di alam lain itu mungkin juga ada hubungannya dengan ibu itu."

"Pemuda yang saya temui itu saya juga tidak kenal, dan saya juga ragu apakah dia masih hidup atau sudah mati. Atau mungkin bahkan pemuda itu tidak pernah ada di dunia ini? Apakah dia manusia dari dimensi lain?" tanya Putri.

                                                                                        Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun