"Kapten sudah pergi Sersan, dia dibutuhkan batalyon kelas cere yang terjebak di Lingkar Selada! Saat ini hanya Sersan yang memimpin kita!!"
"Kopral Aldo? Dia tau tempat ini, di mana dia???"
"Aldo tidak di sini Sersan, hanya kita dan anak-anak baru ini"
"Gimana dengan Sersan Andri? Jendral Rudy??? Kopral Paul??? Aku tidak bisa, kau saja Jo! Kau yang memimpin misi ini!"
"Sersan, saat ini mereka hanya butuh perintah darimu, pergi menghadapi musuh sampai titik darah penghabisan, atau kita harus mundur! Setidaknya jangan biarkan kami mati sia-sia di tempat ini! Sersan!!"
"Ti-ti-tidak adakah yang lain? Bantuan??"
"Sersan! Menunggu bantuan akan sia-sia, kita berada di gunung terjal, hutan hujan, dan musuh ada di mana-mana, kita tidak mungkin menunggu. WARHOG hanya 2 klik dari tempat ini, dan kita akan hancur berkeping-keping!"
"WARHOG?"
"Tank Sersan, tank!! Dengan dua moncong senjata berkaliber tinggi, bahkan mampu menghancurkan rumah berkeping-keping dalam jarak 1000 meter!"
Sersan L. tertunduk, ia memejamkan mata, ia berusaha membangunkan dirinya, di tengah-tengah kekacauan ini. Suara ledakan, desingan peluru, pepohonan yang rubuh teriakan tiba-tiba tenggelam, semakin lama semakin senyap. HENING. Semua yang ia lihat adalah hitam kelam. Ia berusaha menenangkan pikirannya. Ia melayang di antara kegelapan malam. Melayang menembus semesta.
Dalam kegelapan malam muncul titik-titik kecil berwarna-warni, perlahan-lahan menerangi. Semakin lama semakin banyak yang menyala. Seperti menari di kegelapan malam, cahaya itu semakin cepat menari! Cahaya bintang yang bertaburan di langit malam. Perlahan-lahan ia mendengarkan sebuah lagu menggema di telinganya, memberikan ia senyuman, memberikan sebuah harapan.