Bayangkan suatu malam ketika kamu berbaring di tempat tidur, tubuhmu lelah, tapi pikiranmu tidak mau berhenti. Kamu memutar ulang percakapan yang terjadi tadi pagi, memikirkan apa yang seharusnya kamu katakan. Lalu, pikiranmu melompat ke masalah pekerjaan, hingga memikirkan hal-hal yang bahkan belum terjadi. Pada akhirnya, kamu sulit tidur dan merasa cemas tanpa sebab yang jelas. Jika situasi ini terdengar familiar, maka kamu mungkin sedang berhadapan dengan overthinking.
Overthinking, atau berpikir berlebihan, adalah fenomena umum yang dialami banyak orang di era modern. Kondisi ini sering kali tidak disadari, tetapi dampaknya sangat nyata: tingkat stres yang meningkat, gangguan tidur, menurunnya produktivitas, bahkan risiko gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Artikel ini akan mengupas tuntas apa itu overthinking, penyebabnya, serta langkah-langkah konkret untuk mengelolanya.
Apa Itu Overthinking?
Secara sederhana, overthinking adalah kebiasaan berpikir terlalu banyak atau terlalu lama tentang suatu hal, sering kali tanpa solusi yang jelas. Kamu mungkin merasa sedang mencari jawaban, tapi kenyataannya, pikiranmu hanya berputar-putar di tempat. Ada dua jenis utama overthinking:
-
Rumination (Meratapi Masa Lalu): Kamu terus-menerus memikirkan kesalahan atau kejadian yang sudah berlalu, seperti merasa malu atas tindakan tertentu atau menyesali keputusan yang diambil.
Worry (Kekhawatiran Masa Depan): Kamu terjebak dalam kekhawatiran berlebihan tentang apa yang mungkin terjadi, sering kali membayangkan skenario terburuk.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Clinical Psychology Review, overthinking erat kaitannya dengan gangguan kecemasan dan depresi. Ketika pikiran terus berputar tanpa arah, energi mental kamu terkuras, sehingga sulit untuk fokus pada hal-hal yang benar-benar penting.
Mengapa Overthinking Terjadi?
Ada banyak alasan mengapa seseorang terjebak dalam kebiasaan overthinking. Beberapa di antaranya adalah:
- Baca juga: Kenapa Gen-Z Sulit Mengelola Emosi?
Tekanan Hidup Modern
Dunia modern menuntut kita untuk selalu "siap" dan produktif. Informasi yang terus mengalir dari media sosial dan berita membuat otak kita sulit untuk beristirahat. Akibatnya, kita merasa harus memikirkan segala sesuatu secara berlebihan agar tidak ketinggalan. - Baca juga: Kenapa Gen Z Rentan Mengalami Depresi?
Perfeksionisme
Jika kamu memiliki standar yang sangat tinggi terhadap diri sendiri, kamu mungkin sering memikirkan setiap detail untuk memastikan semuanya sempurna. Perfeksionisme ini bisa membuatmu sulit membuat keputusan atau menerima hasil yang "cukup baik." Takut Membuat Kesalahan
Banyak orang takut akan konsekuensi dari kesalahan, baik itu di tempat kerja, hubungan, atau aspek kehidupan lainnya. Ketakutan ini memicu pikiran untuk terus menganalisis berbagai skenario, dengan harapan menghindari kegagalan.Pengalaman Trauma atau Masa Lalu
Orang yang pernah mengalami trauma atau kejadian buruk cenderung lebih sering memikirkan masa lalu, karena mereka ingin memahami atau menghindari hal serupa di masa depan.
Dampak Overthinking pada Kehidupan
Kebiasaan overthinking tidak hanya mengganggu ketenangan pikiran, tetapi juga memiliki dampak serius pada kesehatan fisik dan mental. Beberapa di antaranya adalah:
Gangguan Tidur: Pikiran yang terus bekerja di malam hari membuatmu sulit tidur nyenyak. Kekurangan tidur ini akan memengaruhi energi dan produktivitasmu sepanjang hari.
Penurunan Produktivitas: Terlalu banyak berpikir bisa membuatmu sulit mengambil keputusan, sehingga pekerjaan atau tugas tertunda.
Stres Kronis: Overthinking memicu produksi hormon stres seperti kortisol, yang jika berlebihan dapat berdampak buruk pada sistem imun, tekanan darah, dan kesehatan jantung.
Masalah Hubungan: Ketika kamu terlalu banyak berpikir, kamu mungkin mulai meragukan atau terlalu menganalisis tindakan orang lain, yang bisa merusak hubungan.
Mengapa Mengelola Overthinking Itu Penting
Bayu, seorang pekerja kantoran berusia 30 tahun, sering kali terjaga hingga tengah malam karena memikirkan pekerjaannya. "Saya selalu khawatir apakah presentasi saya cukup baik, apakah bos saya puas, atau apakah saya sudah mempertimbangkan semua aspek," katanya. Kebiasaan ini membuatnya sering merasa lelah di pagi hari, dan pada akhirnya, performa kerjanya justru menurun.
Setelah berkonsultasi dengan psikolog, Bayu mulai mempraktikkan beberapa teknik untuk mengelola overthinking, seperti menulis jurnal dan latihan pernapasan. Hasilnya? Dalam beberapa bulan, ia merasa lebih tenang dan mampu fokus pada apa yang benar-benar penting. Kisah Bayu adalah bukti bahwa dengan usaha yang konsisten, overthinking bisa dikelola.
Cara Mengelola Overthinking dengan Efektif
Berikut adalah beberapa langkah konkret yang bisa kamu coba untuk mengelola overthinking:
1. Latih Kesadaran Diri
Sadari kapan kamu mulai overthinking. Apakah itu saat kamu sendirian? Setelah bertemu orang tertentu? Mengetahui pemicu overthinking bisa membantumu mengatasinya dengan lebih baik.
2. Tuliskan Pikiranmu
Alih-alih memutar pikiran di kepala, coba tuliskan apa yang mengganggumu. Menulis jurnal tidak hanya membantu mengeluarkan pikiran dari kepala, tetapi juga memberikan perspektif baru.
3. Terapkan Teknik Mindfulness
Mindfulness adalah seni menyadari momen saat ini tanpa menghakimi. Salah satu cara sederhana untuk mempraktikkannya adalah dengan meditasi. Duduklah dengan nyaman, tarik napas dalam-dalam, dan fokus pada sensasi pernapasan. Jika pikiranmu mulai melayang, bawa kembali perhatianmu pada napas.
4. Tetapkan Batas Waktu
Jika kamu perlu memikirkan suatu masalah, tetapkan waktu khusus untuk itu. Misalnya, alokasikan 15 menit untuk menganalisis masalah. Setelah waktu tersebut habis, berhenti memikirkan dan lanjutkan aktivitas lain.
5. Alihkan Fokus pada Aktivitas Positif
Lakukan sesuatu yang membuatmu senang atau sibuk, seperti berolahraga, membaca, atau memasak. Aktivitas ini membantu mengalihkan perhatian dari pikiran yang mengganggu.
6. Berbicara dengan Orang Terdekat
Membagikan pikiranmu kepada teman atau keluarga bisa memberikan sudut pandang baru. Mereka mungkin memiliki solusi yang belum terpikirkan olehmu.
7. Belajar Menerima Ketidakpastian
Hidup penuh dengan ketidakpastian, dan itu hal yang wajar. Belajarlah menerima bahwa tidak semua hal bisa kamu kendalikan, dan itu tidak apa-apa.
Mindfulness Membantu Mengurangi Overthinking
Penelitian yang diterbitkan di Journal of Consulting and Clinical Psychology menunjukkan bahwa praktik mindfulness secara signifikan dapat mengurangi kebiasaan overthinking. Dalam studi tersebut, peserta yang rutin bermeditasi melaporkan tingkat kecemasan yang lebih rendah dan kemampuan yang lebih baik untuk fokus pada tugas sehari-hari.
Penutup
Mengelola overthinking adalah proses yang membutuhkan waktu dan kesabaran. Tidak ada cara instan untuk menghentikannya, tetapi setiap langkah kecil yang kamu ambil akan membawa perubahan yang berarti. Ingatlah bahwa kamu tidak sendirian; banyak orang menghadapi tantangan yang sama.
Jika kamu merasa kesulitan, jangan ragu untuk mencari bantuan dari profesional seperti psikolog atau konselor. Mereka dapat membantumu menemukan strategi yang paling sesuai dengan kebutuhanmu.
Dengan memahami dan mengelola overthinking, kamu akan merasa lebih tenang, percaya diri, dan mampu menikmati hidup sepenuhnya. Jadi, mulailah sekarang, dan bebaskan pikiranmu dari belenggu yang tidak perlu. Kamu layak merasa damai dan bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H