Dengan akses informasi yang begitu mudah, Gen Z tidak hanya mengetahui hal-hal positif tetapi juga tenggelam dalam berita-berita negatif. Sebuah studi dari Pew Research Center pada 2021 menyebutkan bahwa lebih dari 70% anak muda sering merasa cemas setelah membaca berita tentang krisis global. Ketakutan ini menciptakan perasaan tidak aman yang terus menerus, seolah-olah dunia sedang runtuh.
Kondisi ini diperparah oleh fenomena doomscrolling, yaitu kebiasaan terus-menerus membaca berita buruk tanpa henti. Efeknya, mereka menjadi terlalu fokus pada sisi negatif kehidupan, hingga lupa untuk menghargai hal-hal positif di sekitar mereka.
Krisis Identitas dan Harapan Masa Depan
Selain itu, Gen Z juga menghadapi tantangan besar dalam menentukan identitas diri di tengah perubahan sosial. Banyak dari mereka yang merasa bingung antara mengikuti norma tradisional atau menciptakan jalan baru sesuai dengan perkembangan zaman.
Misalnya, Andi, seorang mahasiswa berusia 20 tahun, merasa tertekan karena keluarganya mengharapkan ia menjadi dokter seperti ayahnya. Namun, Andi sendiri memiliki minat besar dalam dunia seni digital. Konflik antara harapan keluarga dan keinginan pribadi ini sering kali menyebabkan stres berkepanjangan.
3. Tekanan Akademik dan Karier yang Tinggi
Pendidikan dan karier adalah dua aspek kehidupan yang mendapatkan perhatian besar di kalangan Gen Z. Namun, tekanan untuk menjadi "sukses" dalam waktu singkat justru menjadi sumber utama depresi bagi banyak dari mereka.
Standar Kesuksesan yang Tinggi
Dalam lingkungan yang kompetitif, Gen Z sering merasa bahwa nilai akademik adalah segalanya. Mereka dipaksa untuk mendapatkan nilai sempurna, masuk ke universitas ternama, dan memperoleh pekerjaan bergaji tinggi. Sayangnya, tidak semua individu memiliki kemampuan atau minat yang sesuai dengan standar ini.
Cerita Rina, seorang siswa kelas 12, mungkin menjadi gambaran nyata. Setiap hari ia belajar lebih dari 12 jam untuk persiapan ujian masuk perguruan tinggi. Di sisi lain, ia merasa tertekan karena orang tuanya sering membandingkan prestasinya dengan teman-temannya yang sudah diterima di universitas impian. Akibatnya, Rina sering merasa cemas, kurang tidur, dan kehilangan motivasi.
Pasar Kerja yang Tidak Menentu