Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenapa Gen Z Rentan Mengalami Depresi?

29 November 2024   15:20 Diperbarui: 29 November 2024   15:50 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Wanita Mengalami Depresi.Pixabay.com/ crlamgeorgia

Dengan akses informasi yang begitu mudah, Gen Z tidak hanya mengetahui hal-hal positif tetapi juga tenggelam dalam berita-berita negatif. Sebuah studi dari Pew Research Center pada 2021 menyebutkan bahwa lebih dari 70% anak muda sering merasa cemas setelah membaca berita tentang krisis global. Ketakutan ini menciptakan perasaan tidak aman yang terus menerus, seolah-olah dunia sedang runtuh.

Kondisi ini diperparah oleh fenomena doomscrolling, yaitu kebiasaan terus-menerus membaca berita buruk tanpa henti. Efeknya, mereka menjadi terlalu fokus pada sisi negatif kehidupan, hingga lupa untuk menghargai hal-hal positif di sekitar mereka.

Krisis Identitas dan Harapan Masa Depan

Selain itu, Gen Z juga menghadapi tantangan besar dalam menentukan identitas diri di tengah perubahan sosial. Banyak dari mereka yang merasa bingung antara mengikuti norma tradisional atau menciptakan jalan baru sesuai dengan perkembangan zaman.

Misalnya, Andi, seorang mahasiswa berusia 20 tahun, merasa tertekan karena keluarganya mengharapkan ia menjadi dokter seperti ayahnya. Namun, Andi sendiri memiliki minat besar dalam dunia seni digital. Konflik antara harapan keluarga dan keinginan pribadi ini sering kali menyebabkan stres berkepanjangan.

3. Tekanan Akademik dan Karier yang Tinggi

Pendidikan dan karier adalah dua aspek kehidupan yang mendapatkan perhatian besar di kalangan Gen Z. Namun, tekanan untuk menjadi "sukses" dalam waktu singkat justru menjadi sumber utama depresi bagi banyak dari mereka.

Standar Kesuksesan yang Tinggi

Dalam lingkungan yang kompetitif, Gen Z sering merasa bahwa nilai akademik adalah segalanya. Mereka dipaksa untuk mendapatkan nilai sempurna, masuk ke universitas ternama, dan memperoleh pekerjaan bergaji tinggi. Sayangnya, tidak semua individu memiliki kemampuan atau minat yang sesuai dengan standar ini.

Cerita Rina, seorang siswa kelas 12, mungkin menjadi gambaran nyata. Setiap hari ia belajar lebih dari 12 jam untuk persiapan ujian masuk perguruan tinggi. Di sisi lain, ia merasa tertekan karena orang tuanya sering membandingkan prestasinya dengan teman-temannya yang sudah diterima di universitas impian. Akibatnya, Rina sering merasa cemas, kurang tidur, dan kehilangan motivasi.

Pasar Kerja yang Tidak Menentu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun