Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bokor (2)

6 April 2019   17:27 Diperbarui: 6 April 2019   17:31 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"hihihi...evet...evet... Mona ocuk gzel, ne oldu... ne haber tm urada?  (Hihihi...ya...ya... Mona anak baik kok, ada apa...bagaimana kabar semuanya di sana?)" giliran Boma yang kini cekikikan telah berhasil menggoda Mona sambil mengubah posisi tidurannya dari terlentang menjadi menyamping ke arah luar ranjang tidurnya.

"Ben, abla Narenciye, ve dede Kemal bizler tm iyiyim... abi z ne haber, abi asla dnmek? (Kami semuanya baik-baik saja; aku, kakak Narenciye dan kakek Kemal... kakak sendiri bagaimana kabarnya, kakak kok tidak pernah ke sini lagi?)" tanya Mona polos dan to the point.

"Eh..." ucapan Boma menggantung dan seperti tercekat oleh gejolak air liur yang ditelannya.

Bayangan Boma menerawang aneh seketika mendengar nama Narenciye. Rona-rona balon pemandangan benaknya langsung membumbung menampilkan memori sang gadis tersebut. Perlahan-lahan dunia balon itu diletuskan oleh kesadarannya kembali memperjelas pendengaranya dari suara yang memanggilnya berulang-ulang sempat terdengar sayup-sayup.

"Abi Boma... (Kakak Boma...)"

"Abi... abi Boma... (Kakak...kakak Boma...)"

"Ne abi orada, niye abi cevap yok...? (Apa kakak masih di situ, kenapa kakak tidak menjawab...?)" suara Mona semakin gusar sambil terus berusaha mendapat respon Boma yang tiba-tiba senyap tidak membalas suaranya.

"Ah, zgn Mona... orada hangi gelmek beklemendik, demek Ben kayabilir gemi... (Ah, maaf Mona... ada yang berkunjung mendadak, jadi saya tinggal dulu...)" ujar Boma memberi alasan sambil terus berusaha mengedip-ngedipkan kedua mata bebarengan untuk menghilangkan bayangan anehnya tadi yang semakin menggila.

"Ih... abi sayg yok, yznden Ben kk ocuk nemsemeyen...?  (Ih...kakak tidak sopan, mentang-mentang aku anak kecil mengacuhkan begitu saja...?)" protes Mona lagi yang kesal sekaligus gregetan akibat Boma yang kesurupan mendadak itu.

"Aduh...aduh.... zgnm ama yle o beklemendik. Abi hayr kasti, kzgn etmeyin... Mona ocuk iyi olmak, evet...?  (Aduh...aduh.. maafkan kakak karena itu mendadak. Kakak tidak sengaja, jangan marah dong...Mona kan anak baik, ya..?)" bujuk Boma yang masih berusaha mengembalikan konsentrasinya. Ia merasa dirinya benar-benar sedang apes hari itu setelah di tempat kerja dimaki-maki oleh gerombolan pengunjung aneh, sekarang malah ia dimarahi oleh anak kecil.

"Tamam yleyse... hkml gibi, abi Boma art eve gelip ve hediye getirmek, evet...?  (Okay kalau begitu... sebagai hukumannya, kakak Boma harus datang kemari dan membawa oleh-oleh ya...? )"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun