Mohon tunggu...
Franea
Franea Mohon Tunggu... Penerjemah - freelance

I was born to spread love

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Nyanyian Terakhir Sang Gembala

31 Oktober 2024   22:57 Diperbarui: 31 Oktober 2024   22:57 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Si pengembala kambing mengangguk penuh pengertian. "Dan itulah mengapa aku sangat berharap bisa mendengarmu bernyanyi hari ini. Maukah kau menyanyikan balada tentang Daphnis? Kisah yang selalu membuat hati bergetar itu?"

Thyrsis terdiam sejenak, matanya menerawang jauh. Sebuah bayangan kesedihan melintas di wajahnya yang kecokelatan. "Ah, kisah itu...kisah yang membuat bahkan para dewa menitikkan air mata. Tidakkah kau takut, kawan, bahwa nyanyian itu akan membuat hari yang cerah ini menjadi suram?"

"Justru sebaliknya," jawab si pengembala kambing. "Kisah Daphnis mengingatkan kita akan keindahan dan kerapuhan hidup. Bukankah itu yang membuat kita lebih menghargai setiap momen?"

Thyrsis mengangguk perlahan, mengakui kebenaran kata-kata itu. "Baiklah, tapi kau tahu bahwa para Muse (dewa inspirasi & kreativitas" Yunani kuno) tidak memberikan karunia mereka dengan cuma-cuma. Apa yang kau tawarkan sebagai imbalannya?"

Si pengembala kambing tersenyum misterius. Ia merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah cangkir kayu yang diukir dengan sangat indah. Di permukaannya terpahat relief yang menakjubkan, seorang wanita cantik dikelilingi para pemuja, tanaman rambat yang seolah menari dalam angin, dan anak-anak kecil bermain di antara buah-buahan ranum.

"Cangkir ini," ujarnya, "diukir oleh tangan-tangan terampil dari Calydon. Konon, siapa pun yang minum dari cangkir ini akan diberkati dengan inspirasi para Muse."

Mata Thyrsis melebar melihat keindahan cangkir itu. Ia mengambilnya dengan hati-hati, mengagumi setiap detail ukirannya. "Sungguh hadiah yang luar biasa," gumamnya. "Baiklah, aku akan menyanyikan kisah Daphnis untukmu."

Thyrsis menarik napas dalam-dalam, memejamkan mata sejenak seolah mengumpulkan seluruh kekuatan suaranya. Ketika ia mulai bernyanyi, suaranya mengalun lembut namun penuh kekuatan, membawa kisah Daphnis, sang gembala tampan yang dicintai para nimfa dan diberkati para Muse.

"Dengarlah, wahai angin dan pepohonan, kisah Daphnis yang malang," Thyrsis memulai nyanyiannya. "Daphnis yang dikenal karena kesetiaannya pada cinta pertama, kini terbaring sekarat di tepi sungai karena cinta terlarang yang menghancurkan hatinya."

Daphnis adalah tokoh legendaris dalam mitologi Yunani, putra dewa Hermes dan seorang peri hutan, yang lahir di Sisilia dan dibesarkan oleh para peri alam. Ia digambarkan sebagai seorang gembala yang tampan dan berbakat, terkenal karena kemampuannya dalam bermain seruling dan bernyanyi.

Suara Thyrsis membawa pendengarnya ke tepi sungai yang sejuk, di mana Daphnis berbaring lemah. Para hewan liar mulai dari singa yang gagah hingga serigala yang liar berkumpul di sekelilingnya, meratapi nasib tragis sang gembala. Bahkan burung-burung berhenti bernyanyi, dan bunga-bunga menundukkan kelopaknya dalam duka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun