Ideologi (Adicita) berasal dari bahasa Prancis (idéologie) yaitu gabungan dari bahasa Yunani (idea) yang berarti ‘gagasan, pola’ dan (logos) yang berarti ‘studi tentang, ilmu yang mempelajari’, jadi Ideologi secara etimologis merupakan ilmu yang mempelajari gagasan (science of ideas). Sebutan ini diciptakan oleh Antoine Destutt de Tracy (1754-1836), seorang Intelektual Pencerahan Prancis (Siècle des Lumières), yang ketika di dalam penjara, membaca karangan-karangan filsuf-materialis Étienne Bonnot de Condillac dan filsuf-empiris John Locke. Jadi pembacaan de Tracy inilah yang menginspirasinya untuk membangun teori Ideologi (idéologie) sebagai ilmu yang menguraikan bagaimana pengetahuan manusia bermula (what is thinking?), yang kemudian berkembang dalam pembagian fakultas-fakultas berpikir (pencerapan, ingatan, putusan, kemauan).¹ Namun konsep Ideologi (idéologie) de Tracy dalam Elements of Ideology lebih bercorak epistemologis-psikologistik² dalam upayanya untuk mengeliminasi elemen metafisik dari kapasitas kognitif manusia.³
Tidak mudah mendefinisikan ideologi secara terminologis, karena pengertian ideologi berkembang sesuai dengan suasana historis penggagasnya. Pada perkembangannya, konsep idéologie yang dikembangkan de Tracy itu mendapatkan konotasi buruk (idéologues), setelah rezim Napoleon yang anti-demokrasi menyalahkan para-intelektual atas kegagalan invasi Kekaisaran Prancis (Empire Français) terhadap Kekaisaran Rusia (Rossiyskaya Imperiya) pada tahun 1812.⁴ Lima puluh tahun kemudian sekitar pertengahan abad ke-19, ketika Revolusi Industri mulai merata di seluruh Eropa, konotasi negatif dari Ideologi itu berlanjut di tangan Karl Marx, yaitu sebagai sebuah sistem gagasan dan representasi yang mendominasi pikiran seseorang atau sebuah kelompok sosial.⁵
Analisis Marx-Engels tentang konsep ideologi dalam German Ideology diarahkan pada kaum Hegelian Kiri [Die Freien: Ludwig Feuerbach (homo homini deus), Bruno Bauer (evangelienkritik), Max Stirner (der Einzige)] yang dikatakan masih memuliakan Ide (metafisik) daripada Materi (fisik) dalam upayanya untuk keluar dari kesadaran palsu Hegelianisme (Absolute Geist). Jadi Filsafat Marxisme mengkritik konsep ideologi yang bahkan semenjak de Tracy, melalui permainan kalimat-kalimatnya lebih menonjolkan aspek ideal-individual (private property: propriété, individualité, personnalité) daripada aspek material-sosial (communal property) dari ideologi.⁶ Sedangkan ideologi yang dibahas dalam The Communist Manifesto lebih merupakan ramalan Marx-Engels daripada analisis, terhadap kehancuran Kapitalisme (Liberalisme Borjuis) dan kebangkitan Komunisme (Sosialisme Proletariat). Di dalam The Communist Manifesto inilah Filsafat Ekonomi (Sosialisme Marxis) dalam Das Kapital menjadi ideologi politik (Komunisme) sebagai model standar bagi negara-negara sosialis.⁷
Pada perkembangannya di abad ke-20, seorang akademisi Sosialis-Wales yang banyak berkontribusi atas kritik Marxis terhadap kebudayaan dan kesenian (Raymond Williams), mengemukakan tiga buah teori tentang pengertian ideologi; Pertama, sebuah sistem kepercayaan yang dimiliki oleh kelompok atau kelas tertentu. Kedua, sebuah sistem kepercayaan yang dibuat-buat atau kesadaran palsu yang dilawankan dengan pengetahuan ilmiah. Ketiga, proses umum produksi makna dan ide.⁸
Sampai disini telah diterangkan pengertian ideologi menurut selera Marxisme. Tidaklah fair jika pengertian ideologi hanya dikemukakan menurut salah satu pihak. Selain pengertian Ideologi yang berkembang dari asumsi-asumsi sosiologis-Marxis, Ideologi juga memiliki pengertian yang berkembang dari asumsi-asumsi sosiologis non-Marxis⁹.
Salah seorang Reaksioner (filsuf-sosiolog non-Marxis), Karl Mannheim mengembangkan teori Ideologi yang lebih kritis dari Marxisme dalam rangka Sosiologi Pengetahuan¹⁰ (hubungan antara masyarakat dengan pengetahuan). Pengertiannya tentang Ideologi (Konservatif) dibedakan dari pengertiannya tentang Utopia (Progresif). Menurutnya Ideologi merupakan ramalan tentang masa depan yang didasarkan pada sistem yang sekarang sedang berlaku, sementara Utopia merupakan ramalan tentang masa depan yang didasarkan pada sistem lain, yang pada saat ini tidak sedang berlangsung.
Lebih lanjut Karl Mannheim membedakan dua macam Ideologi yaitu Ideologi Total dan Ideologi Partikular. Ideologi Total merupakan ciri khas menyangkut struktur pikiran abad dan kelompok tertentu, dalam hal ini ideologi berhimpit dengan weltanschauung yang didukung oleh struktur kolektif masyarakat, misalnya sekelompok kelas sosial. Sedangkan Ideologi Partikular merupakan ideologi yang menghuni benak dan diterima secara psikologis oleh individu. Dengan demikian Karl Mannheim mengeliminasikan elemen negatif ideologi yang semenjak Karl Marx bahkan rezim Napoleon, dengan memisahkan pengertian Ideologi dari Utopia dan merinci konsepsi Ideologi lebih lanjut menjadi; Ideologi Total dan Ideologi Partikular.¹¹
Dari paparan di atas, tulisan ini akan membatasi pengertian Ideologi (Adicita) secara deskriptif sejauh tidak keluar dari pengertian para perintis dan sosiolog yang telah disebutkan, yaitu sebagai himpunan keyakinan berupa sistem pemikiran abstrak (sistem ide) yang memuat visi, misi, dan tujuan komprehensif yang berasal dari sensasi pengalaman kolektif atas problem-problem kehidupan manusia. Karena itu Ideologi tidak bisa terhindarkan dari upaya politik [Kapitalisme (swastanisasi sumber daya modal), Komunisme (kediktatoran proletariat), Fasisme (kediktatoran nasional), Nazisme (ras unggul Jerman), Zionisme (tanah yang dijanjikan-Yahudi)] untuk mewujudkan sistem kehidupan ideal dalam tatanan negara (utopia). Jadi Adicita (Ideologi) merupakan seperangkat pikiran (abstraksi) yang memicu terjadinya gerakan sosial dalam mencapai tujuan-tujuan politis (yang dikehendaki ideal) sehingga individu yang berpartisipasi/terlibat dalam ideologi disebut telah terjangkiti kesadaran palsu.