Mohon tunggu...
Fitri Hidayati
Fitri Hidayati Mohon Tunggu... Pendidik -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Prasangka

10 April 2019   10:18 Diperbarui: 10 April 2019   10:34 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

         "Ustad Adi, saya minta maaf atas kejadian ini.Saya tidak faham apa yang menyebabkan masyarakat menumpahkan kemarahannya kepada Ustad. Sebaiknya Ustad segera beristirahat. Nanti sore ba'da Isya' insya Allah saya dan para pemuka masyarakat akan   klarifikasi masalah ini dengan Ustad Demi kebaikan bersama, saya mohon hari ini Ustad tidak keluar rumah dulu."

          Ustad Adi mengangguk dan tersenyum, "Terima kasih Pak Rahman, terima kasih atas pertolongannya. Saya tunggu ba'da Isya, semoga semua dapat kita selesaikan dan mendapat solusi terbaik."

****

         Zulaiha mengobati dan membalut luka suaminya. Wajahnya tampak sedih.

        "Dinda, kenapa murung terus? Jangan bersedih. Sejak pagi matahari redup tanpa senyummu."

         "Kang Mas masih bisa bercanda dalam situasi begini, apakah tidak khawatir?"

         "Apa yang harus dikhawatirkan Dinda? Bukankah semua itu sudah menjadi ketentuan Allah."

         "Tapi Dinda benar- benar shock, mereka harus tahu apa yang sebenarnya terjadi."

         "Semua pasti ada hikmahnya."

         "Syukurlah tadi Pak Rahman menolong kita."

          "Allah yang menolong kita, dengan mengirimkan Pak Rahman."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun