Mohon tunggu...
Fitri Hidayati
Fitri Hidayati Mohon Tunggu... Pendidik -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pendar

13 Februari 2018   10:03 Diperbarui: 13 Februari 2018   10:59 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: radarbolmongonline.com

" Wow... Ustadz tidak jijik menganggap kami teman? Kami orang kotor Ustadz, tak pantas Ustadz menganggap teman kepada kami."

" Lho kok jijik ? bukankah kita sama ? yang membedakan kedudukan kita di mata Allah hanyalah ketaqwaan mereka kepada Allah. Jangan berpendapat seperti itu Kawan, di mata saya kalian kelompok pemuda yang hebat dan luar biasa."

" Ustadz Ahmad, mohon jangan menyindir kami, itu bisa membuat kami tersinggung! Saya tahu Anda seorang alim dan suci, namun tak perlu menyindir  kami  dengan menyampaikan pemuda hebat dan luar biasa. Mohon tidak memancing emosi kami!" Seorang yang dipanggil dengan panggilan Boncel itu berdiri dan tampak emosi, namun teman di sebelahnya segera menarik tangannya untuk duduk.

" Saya mohon maaf apabila saya salah bicara dan membuat teman-teman tidak berkenan. Saya menyampaikan fakta, sesungguhnya di hati saya merasakan kekaguman terhadap kalian sejak pertama saya masuk.  Mohon maaf sebelumnya, orang awam selalu memandang sebelah mata kepada kalian, bahkan tidak jarang diannggap sebagai sampah masyarakat. Namun ternyata kalian sangat bersemangat untuk menuntut ilmu agama dan sangat memuliakan guru. 

Sementara di luar sana, di lingkungan pendidikan formal, yang notabene merupakan wahana yang aman dan penuh etika dengan penekanan kepada pendidikan karakter, justru banyak siswa yang tidak menghormati guru, bahkan kasus di Sampang kemarin, siswa tega membunuh gurunya, hanya karena diingatkan.  Bertolak belakang dengan fakta di sini. Kalian sangat menghormati guru  dan juga sangat menghormati orang lain dengan tidak memaksakaan kehendak, sebagai contoh, kalian tidak memaksa orang lain meminum minuman keras. Inilah yang saya maksud kalian hebat dan luar biasa. "

" Ustadz, saya mohon maaf atas ketidaksopanan anak buah saya, itulah kami, mudah tersinggung, kebiasaan makan dan minum yang tidak halal inilah yang membuat kami mudah naik pitam dan selalu minta dimenangkan. Namun jujur kamipun merasa tersanjung dengan pernyaataan Ustadz Ahmad, karena selama hidup, baru kali ini kami tidak dihujat dan diperlakukan sebagai manusia."  Khohan tampak bersungguh -- sungguh.

" Baiklah, kita sudah sama-sama faham. Inilah untungnya keterbukaan, kita bisa menyampaikan apa yang menjadi ganjalan dan mencari penyelesaiannya. Baiklah teman-teman, diskusi kita hentikan terlebih dahulu. Kita lanjutkan materi Ustadz  Ilham tentang hafalan surat-surat pendek."

" Ustadz saya usul ya, bagaimana kalau hari ini kita tidak menghafal dulu, saya lebih suka bila kita berdialog tentang masalah-masalah kehidupan. Banyak pelajaran hidup yang kami dapatkan, Ustadz sangat arif dan bijak. Ini yang membuat Ustadz berbeda dengan yang lain. Saya berjanji akan mengajari mereka menghafal surat-surat pendek. Maaf Ustadz, jelek-jelek begini saya pernah mondok, tapi salah jalan."

" Subhanallaah.... terima kasih Mas Hudi, kalau begitu Anda bisa memberikan pelajaran tambahan kepada teman-teman di luar jadwal mengaji. Saat pertemuan dengan ustadz, digunakan untuk setoran hafalan sekaligus pembetulan apabila ada kekurangannya, atau seperti yang dikehendaki di awal tadi, diadakan dialog mengenai berbagai masalah. Kita sepakati Mas Hudi akan memberikan pendampingan ya?"

" Ah saya tidak mau Ustadz..sama-sama orang bejat kok  memberi pelajaran ngaji, mau jadi apa?"

" Mas Irul, tolong jangan melihat siapa yang menyampaikan, tapi lihatlah apa yang disampaikan. Baru beberapa menit kita bersama, saya banyak mendapatkan pelajaran hidup dari teman-teman di sini. Jadi siapapun itu apabila menyampaikan kebenaran harus kita dengarkan, sebaliknya apabila ada orang terhormat namun mengajak ke hal yang tidak baik, maka kita tidak boleh mengikutinya. Baiklah, kita sepakat ya, dan saya juga menerima usulan teman-teman untuk berdialog, namun setelah hafalan, karna ini merupakan amanah dari Ustadz Ilham."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun