" Ustadz... Ustadz pengganti Ustadz Ilham kah? Ayo silahkan ."
Aku kuatkan hatiku untuk melangkah. Keramahan mereka membuat hilang ngeriku.
" Assalamu alaikum... "
" Waalaikumsalam.... " Jawab mereka kompak. Aku salami mereka, di luar dugaanku mereka sangat hormat, bahkan mencium tanganku.
Seorang pemuda tinggi besar dan berkulit gelap segera mengintruksikan membereskan minuman dan kartu yang berserakan.
" Ustadz sudah datang, cepat rapikan semuanya!"
Sembilan orang yang ada di ruang itu segera bergerak, salah seorang dari mereka menawari aku dengan menyodorkan sebotol minuman. Spontan teman di dekatnya merebut botol minuman itu sambil berteriak.
" Hei...semprul kamu... apa yang kau lakukan? Â ini Ustadz kita, bukan seperti kita!" Sebuah tempelengan mendarat di pelipisnya, namun tak ada ekspresi marah sama sekali.
Sekejab ruang itu berubah menjadi rapi dan bersih. Seorang pemuda membawa air mineral dan makanan kecil, disuguhkan kepadaku.
" Monggo Ustadz, ini halal kok. Kenalkan saya Khohan, ketua preman di sini. "
" Terima kasih Kak Khohan, kenalkan saya Ahmad, saya bukan ustadz. Saya hanya diminta Ustadz Ilham untuk menggantikan menemani teman-teman di sini."