" Assalamualaikum... wah maaf udah lama menunggu ya? " Â Pak Hamid menyapa dengan sangat hangat.
" Waalaikumsalam .. oh belum Pak, gak apa-apa. " Jawabku sambil mengulurkan tangan.
" Wah maaf ya Mas, hari ini ustadz yang mengajar TPQ kurang enak badan, jadi Bapak menggantikannya. Perjalanan yang akan kita tempuh nanti sekitar dua jam Mas, mudah-mudahan motor butut Bapak tidak ngambek di jalan, sehingga kita tidak terlambat menghadiri kajian ha ha ha, yasudah Bapak mandi dulu ya Mas, mari silakan dinikmati, hanya ini adanya. " Pak Hamid menyuguhkan segelas air putih dan beberapa potong ubi kukus.
Hafiz putra sulung Pak Hamid keluar diikuti adiknya Zahra. Tanpa canggung mereka langsung bergabung denganku. Aku sodorkan piring berisi ubi kepada mereka, dengan lahap mereka menyantapnya. Ada rasa trenyuh dalam hatiku melihat mereka, terdorong rasa ingin tahu tentang keluarga Pak Hamid.
" Hafiz dan Zahra  udah kelas berapa. " Basa-basiku mengawali pembicaraan.
" Aku kelas empat SD dan Adik kelas dua Kak. " Jawab Hafiz dengan penuh percaya diri.
" Kakak sudah dua kali berkunjung ke sini, namun belum pernah ketemu ibu ya Dek? "
" Bunda menunggu kita di surga Kak." Jawab Zahra tanpa beban.
" Oh... ya ya.. Â Zahra harus rajin shalat dan mengaji biar bisa ketemu Bunda lagi ya." Â Hatiku pilu melihat kepolosan gadis kecil ini, sementara Hafiz hanya tersenyum, dia tampak tegar.
Tampak Pak Hamid sudah selesai persiapan, beliau menghampiri kedua putranya.
" Bapak berangkat dulu ya, usai maghrib ngaji , makan terus belajar. Adik cepet bobok ya."