Di luar dugaanku Khohan mencium tangan dan berlutut di kakiku. Aku menghela napas. Benar-benar menegangkan. Ternyata dia hanya mempraktikkan kejadian itu. Aku minta Khohan berdiri dan kupeluk erat. Aku benar-benar trenyuh, apalagi saat dia memanggil Boncel dan Uyek meminta maaf kepadaku, karena mereka ikut mengata-ngataiku malam itu.
Kepatuhan dan kebersamaan sangat kental aku rasakan di sini.
" Ustadz, satu pertanyaan terakhir " tanya Khohan dengan wajah serius.
" Silahkan Khohan. "
" Saya ingin benar benar berubah tad, saya ingin tidak mengkonsumsi lagi seluruh minuman haram ini. Tapi, bagimana saya hendak menghentikan sedangkan saya justru menjual belikan minuman ini semua. Ingin rasa di hati memecahkan semua barang ini, namun pastilah saya rugi banyak. Nanti modal saya gimana ya tad, apakah Allah akan memahami saya apabila saya tetap menjual ini hingga semua miras ini habis kemudia saya tidak akan memperjual belikan barang ini lagi. "
Pertanyaan yang sulit, realistis. Ada ratusan botol yang disuguhkan di toko ini, pasti nilainya berjuta juta. Aku terdiam.
" ustad ? " ia menunggu jawabku.
" kenapa ada keraguan dalam hati ketika Allah tlah berjanji Khohan ?, bukankah Tuhanmu yang Maha pengasih yang telah menjamin kebaikan ketika kita meninggalkan suatu keburukan ? Â Allah Maha Kaya dan Maha segalanya."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H