Mohon tunggu...
Fitria Zahra
Fitria Zahra Mohon Tunggu... Penulis - ⚕

helloツ I love reading books, watching movies and listening to musics, nice to meet you ʚ♡ɞ ✩°。 ⋆⸜ 🎧✮

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resensi Novel "Semua Ikan di Langit"

6 Maret 2021   08:49 Diperbarui: 6 Maret 2021   09:00 9028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Identitas Buku

Judul                  : Semua Ikan di Langit

Penulis              : Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie

Penerbit            : PT Grasindo

Tahun Terbit  : Cetakan pertama, Februari 2017

                                Cetakan kedua, Agustus 2017

Tebal                  : 264 Halaman

ISBN                   : 978-602-3758-06-7

Pendahuluan

Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie adalah nama penulis buku Semua Ikan di Langit. Lahir pada 19 Oktober 1993 di Bandar Lampung, penulis yang akrab dipanggil Ziggy ini ialah seorang sastrawan Indonesia. 

Pada bulan Maret 2017, ia dilaporkan sedang menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum, Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat. Ia masuk ke fakultas hukum dengan mengikuti jejak ayahnya yang merupakan seorang pengacara. 

Buku yang dikarangnya merupakan gabungan antara cerita anak, fantasi, fiksi ilmiah, dongeng, hingga mitos penciptaan dunia. Novelnya yang berjudul Di Tanah Lada menjadi juara kedua dalam sayembara novel tahunan yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta di tahun 2015. 

Hobi menulis yang ditekuninya sudah berlangsung lama, ia pernah menulis cerita anak dan remaja dalam serial Fantasteen. Kemudian, buku Semua Ikan di Langit diikutsertakan oleh Ziggy dalam Sayembara Menulis Novel Dewan Keseniaan Jakarta tahun 2016. Buku ini menjadi juara pertama dalam sayembara tersebut.

Dalam novel ini, ia berhasil membawa pembaca terhanyut dalam kisah dengan tingkat imajinasi tinggi dimana novel ini menceritakan kisah perjalanan bus damri biasa. Sang bus, Saya, menjadi teman perjalanan Beliau dan para ikan julung-julung. 

Kemudian akan muncul juga kecoak Rusia cerdas yang bernama Nadezhda atau biasa dipanggil Nad. Perjalanan mereka melintasi waktu; masa lampau, masa dimana bus damri masih ada, hingga masa depan yaitu Kiamat. Mereka berpergian melintasi daratan dan lautan di Bumi hingga luar angkasa. 

Mereka mengunjungi banyak manusia, hewan dan mungkin benda; menyelamatkan mereka, menghukum mereka atau sekadar memberi tumpangan. 

Hingga perjalanan terakhir mereka, yang diawali dengan tenggelamnya Membingungkan dan munculnya si Jahannam yang membuat seluruh makhluk di bumi tunduk kepadanya dan mengakibatkan berakhirnya zaman atau kiamat. Apakah perjalanan Saya sang bus damri dengan Beliau berjalan mulus? Akankah Saya tunduk kepada si Jahannam atau sebaliknya, tetap berpihak di sisi Beliau?

Sinopsis

Saya, bus Damri yang tak pernah bosan dengan pekerjaan sehari-harinya yaitu berkeliling kota melalui trayek Dipatiukur-Leuwipanjang, suatu hari diajak ikan julung-julung untuk menemani "Beliau" berjalan-jalan. 

Mulai dari zaman sekarang hingga awal mula dan akhir suatu dunia. Trayek baru yang dikunjungi Saya menjadi angkasa luas yang melintasi dimensi ruang dan waktu.

Perjalanan dimulai dengan menyelamatkan seekor kucing malang bernama Bastet. Ia lalu diturunkan di padang pasir luas agar ia bisa bergerak bebas. Kemudian di sebuah penjara luar angkasa Nad ditemukan beserta anak-anaknya. Nad diselamatkan dan menjadi teman perjalanan Saya dengan Beliau.

Saya kemudian menceritakan hal yang membuat Beliau senang, sedih dan marah. Beliau senang ketika menjahit boneka untuk menemani anak-anak dari kegelapan malam. Beliau senang ketika dipuji oleh Saya bahwa jahitannya indah. 

Beliau sedih ketika terjadi perang di Auschwitz, Jerman tahun 1944 dimana seorang wanita bernama Shoshanna ketakutan karena habis membunuh seorang tentara nazi yang baru saja membunuh kakak perempuannya. 

Beliau juga murka ketika melihat seorang pemuda yang kurang ajar, menendang seorang kakek yang kurus kering sehingga mata pemuda tersebut dijahit salah satunya oleh Beliau.

Saya bercerita bahwa ia dibuatkan galaksi yang terbuat dari permen oleh Beliau sebagai tanda kasih sayang Beliau kepada Saya. Mereka melanjutkan perjalanan bertemu dengan orang-orang baik, jahat maupun yang membutuhkan pertolongan Beliau. Mereka bertemu Chinar, pohon kehidupan yang beternak jiwa di luar angkasa. Saya diceritakan berbagai kisah menarik oleh Chinar. Ketika di bumi, anak Chinar, C, H, A, dan R, juga menceritakan berbagai kisah yang menakjubkan.

Namun, hanya satu yang selalu mengusik ketenangan Saya selama perjalanannya berkeliling ke berbagai tempat yang melampaui ruang dan waktu, "Bagaimana cara paling baik untuk mencintai Beliau?". Dibantu Nad sang kecoak, ikan julung-julung kepunyaan Beliau, Chinar sang pohon pengisah, dan tokoh-tokoh lainnya, Saya akan terus mencari tahu. Sampai hancur tubuhnya, lebur raganya.

Keunggulan

Keunggulang karya ini bisa dilihat dari besarnya imajinasi dalam membuat novel yang terasa melampaui batas imajinasi karya fiksi. Karya ini bebas dari kerancuan konten sehingga nyaman dibaca. Karya ini mengandung makna dan alegori tentang kehidupan yang tersaji indah; pelajaran baik dan buruk, tentang cinta dan benci, ketakutan-ketakutan, dan tentang penghambaan pada Tuhan. Cerita tentang spiritualitas manusia disampaikan melalui analogi-analogi yang berada pada sudut pandang tokoh yang tidak lazim dan terkesan unik: bus Damri, kecoa, bahkan seorang anak kecil. Kemampuan penulis dalam meramu cerita dan ketepatan penulis dalam merancang ‘dunia’ sangatlah baik sehingga seolah-olah kejadian yang terjadi nyata dan pembaca terhanyut dalam fantasi yang tidak biasa.

Kelemahan

Kelemahan karya ini ditemukan dalam konflik cerita yang minim, penggunaan kata ganti dalam tokoh cerita yang suka berganti-ganti, lalu tokoh Beliau dalam cerita yang terkesan menggambarkan Tuhan yang menunjukkan bentuk melecehkan atau penistaan terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa karena di dalam cerita Tuhan digambarkan sebagai anak lelaki yang memakai jubah kebesaran. Terkesan sangat berani meskipun salah dan sebagian besar cerita merupakan pengandaian ilahiah yang mengandung nilai-nilai moral.

Analisis Unsur Instrinsik

Tema

Tema dalam novel Semua Ikan di Langit adalah Petualangan dan Pembelajaran. Yaitu perjalanan Bus Damri mengantarkan Beliau sampai ke tujuan akhirnya. Hal ini terungkap dalam kutipan “Atau mungkin, karena, sebagai sebuah bus, saya merasa tidak akan pernah puas sebelum berhasil mengantarkan penumpang saya sampai ke tujuan akhirnya.” (Semua Ikan di Langit, h. 29).

Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam novel ini sebenarnya cukup sederhana karena tidak ditemukan bahasa yang sulit dipahami. Namun, cara pembaca dalam menangkap makna yang tersirat dari novel merupakan hal yang sulit dipahami oleh pembaca seumuran saya.

Sudut Pandang

Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama karena tertera dalam novel, seringkali penulis melampirkan kata “Saya”.

Latar Waktu

Latar waktu di dalam novel ini sangat beragam dan tidak berjalan secara kronologis karena novel ini memiliki latar waktu yang lepas dari perhitungan waktu manusia. Hal ini dibuktikan dengan kutipan “Kata Nad, karena kami bepergian melintasi waktu secara acak, wajar saja kalau ukuran waktu tidak relevan bagi kami.” (Semua Ikan di Langit, h. 79).

Secara umum, latar waktu seperti pagi, siang, sore dan malam terdapat di dalam novel. Seperti latar pagi hari yang dibuktikan dengan kutipan:

Sore berganti malam, dan malam diganti larut malam, dan larut malam berganti dini hari, kemudian akhirmya subuh menjemput, ketika seorang lelaki yang membawa pacul datang mendekati saya.” (Semua Ikan di Langit, h. 136).

Lelaki itu menyapanya dengan, ‘Selamat pagi! Selamat pagi! Selamat pagi!’" (Semua Ikan di Langit, h. 138).

Latar siang yang dibuktikan dengan kutipan:

Yang ada adalah semua hal yang sudah familier di mata saya: matahari yang begitu jauh tetapi bersinar begitu terik, pepohonan yang tertawa kegelian karena dedaunannya ditiup angin lembut, mobil-mobil bosan yang bergulir lambat melalui jalan raya dua arah, dan binatang-binatang ramah yang menghampiri saya untuk menyapa.” (Semua Ikan di Langit, h. 82).

Latar sore hari dibuktikan dengan kutipan “Kami sampai di pemukiman pada sore hari.” (Semua Ikan di Langit, h. 56).

Latar malam hari yang dibuktikan dengan kutipan “Lampu sudah dimatikan. Sekarang waktunya bersantai, sepanjang malam.” (Semua Ikan di Langit, h. 8).

Terdapat latar waktu cerita yang menunjukkan waktu perjalanan Saya dan Beliau melintasi berbagai masa, seperti tahun 1944 yang dibuktikan dengan kutipan “Dan ini adalah Auschwitz, Jerman, 1944.” (Semua Ikan di Langit, h. 44).

Abad 21 yang dibuktikan dengan kutipan “Saya di sini. Abad 21. Membawa Nad dan Beliau sebagai penumpang Damri trayek Dipatiukur-Leuwipanjang.” (Semua Ikan di Langit, h. 80).

Pada hari kejatuhan kurma terakhir yang dibuktikan dengan kutipan:

Pada hari buah kurma terakhir di pohon terakhir yang masih berdiri di reruntuhan kota pinggir sungai akhirnya membusuk dan terjatuh, kerusuhan terbesar di Bumi akhirnya terjadi.” (Semua Ikan di Langit, h. 226).

Latar Tempat

Secara garis besar, latar tempat yang terdapat di dalam novel Semua Ikan di Langit yaitu berlatar di bumi dan di luar angkasa. Karena novel ini merupakan sebuah kisah petualangan, maka cenderung banyak latar tempat yang hadir di dalam cerita ini. Ditambah dengan keajaiban yang dimiliki oleh Beliau menjadikan latar tempat di dalam novel ini tidak bersekat-sekat, sehingga bisa dengan bebas pergi ke mana saja. Latar tempat di bumi yaitu di armada yang dibuktikan dengan kutipan “Dari armada ke tempat lain.” (Semua Ikan di Langit, h. 7).

Latar tempat sampah yang dibuktikan dengan kutipan:

Ikan julung-julung membawa saya ke tempat sampah. Ada 109 gunung tinggi, seluruhnya tersusun dari sampah. Ada tujuh benua, seluruhnya dihuni oleh sampah. Ada lima lautan, seluruhnya diisi oleh sampah.” (Semua Ikan di Langit, h. 10).

Latar kamar yang paling berantakan di seuruh dunia yang dibuktikan dengan kutipan:

Perhentian pertama kami adalah sebuah kamar. Kamar saja; tidak ada bangunan yang menaunginya. Mengapung-apung di luar angkasa.” (Semua Ikan di Langit, h. 12)

Latar dataran pasir yang dibuktikan dengan kutipan:

Dan sebelum dia, Bastet, si kucing dari Kamar Paling Berantakan di Seluruh Dunia, melompat keluar ke dataran pasir, kaki pertama menyerukan salam perpisahan.” (Semua Ikan di Langit, h. 19).

Latar Rumah Luar Angkasa yang dibuktikan dengan kutipan:

Beliau keluar menghampiri rumah luar angkasa bersama beberapa ikan.” (Semua Ikan di Langit, h.23 )

Tengah-Tengah Langit yang dibuktikan dengan kutipan berikut: “Pada suatu hari, Beliau menghentikan saya di tengah-tengah langit. Tidak ada apa-apa di sekitar kami; bintang terdekat pun jaraknya jauh sekali dari sini.

Auschwitz, Jerman, yang dibuktikan dengan kutipan berikut: 

"Dan ini adalah Auschwitz, Jerman, 1944.” (Semua Ikan di Langit, h.44)

Tepi Sungai yang dibuktikan dengan kutipan berikut:

Ketika Beliau, dengan topi polisi bernoda darah di kepalanya, keluar dari saya dan termenung di tepi sungai, memandangi permukaan air bersama ikan julung-julung.” (Semua Ikan di Langit, h.47)

 Pemukiman yang dibuktikan dengan kutipan berikut: 

"Di sini, kami akan menemukan hal yang membuat Beliau marah. Kami sampai di pemukiman pada sore hari.” (Semua Ikan di Langit, h.55-56 )

 Luar Angkasa yang dibuktikan dengan kutipan berikut:

Luar angkasa selalu gelap. Kegelapan itu membuat kerlip terkecil kelihatan sangat terang. Seperti titik bintang yang dikeluarkan ikan julung-julung.” Semua Ikan di Langit, h.64)

Ada pohon yang sangat besar di luar angkasa. Pohon itu lebih besar daripada bumi; bahkan lebih besar daripada matahari.” Semua Ikan di Langit, h.126)

Luar Rongga Angkasa yang dibuktikan dengan kutipan berikut: 

Sepatu sebelah kanannya, kelak saya akan tahu, tertinggal di luar rongga angkasa yang kami singgahi sekarang.” Semua Ikan di Langit, h.72).

Jalan Dipatiukur-Leuwipanjang yang dibuktikan dengan kutipan berikut: “Saya di sini. Abad 21. Membawa Nad dan Beliau sebagai penumpang Damri trayek Dipatiukur-Leuwipanjang.” (Semua Ikan di Langit, h.80 )

Toko Roti yang dibuktikan dengan kutipan berikut:

Kami berhenti di depan deretan toko. Toko roti. Jendelanya besar, mengilap, dengan kacanya berwarna gelap.” (Semua Ikan di Langit, h.104 )

Beliau, ternyata, membawa saya ke toko roti lain. Toko roti yang ini agak lebih kecil. Tidak ada pajangan roti di depan jendelanya.” (Semua Ikan di Langit, h.107)

Toko Sepatu yang dibuktikan dengan kutipan berikut: 

Beliau mengarahkan saya ke deretan toko yang lain, kali ini berhenti di depan toko sepatu jahit tangan yang sangat kecil dan sangat kumuh.” (Semua Ikan di Langit, h.115).

Hutan yang dibuktikan dengan kutipan berikut: 

"Kami jalan-jalan sebentar sebelum Beliau memberhentikan saya di dalam hutan.” (Semua Ikan di Langit, h.136).

Brú na Bóine yang dibuktikan dengan kutipan berikut: 

Saya mendengar dari kaki si lelaki, karena dia menumpangi saya untuk pergi ke Brú na Bóine.” (Semua Ikan di Langit, h.149).

Pantai yang dibuktikan dengan kutipan berikut: 

Saya menukik sebelum tenggelam di air asin. Beliau mengarahkan saya ke tepi, dan meluncurlah kami sampai mendarat di pantai.” (Semua Ikan di Langit, h.164)

 Bukit-Bukit yang dibuktikan dengan kutipan berikut: 

Saya tidak tahu kami akan ke mana sekarang. Saya tidak memperhatikan jalan, sampai kami tiba di daerah yang berbukit-bukit dan sangat hijau.” (Semua Ikan di Langit, h.169).

Pulau yang dibuktikan dengan kutipan berikut:

Tidak lama kemudian, saya tahu tempat apa tujuan kami kali ini. Empat pohon raksasa di tengah-tengah perairan luas: ini adalah pulau tempat empat anak Chinar tinggal.” (Semua Ikan di Langit, h.176).

Tengah Laut yang dibuktikan dengan kutipan berikut: 

Di tengah-tengah lautan luas, ada seorang lelaki yang sedang mengapung-apung di atas air.” (Semua Ikan di Langit, h.204).

Taman yang dibuktikan dengan kutipan:

Suatu pagi, Beliau mengajak saya ke taman besar yang cantik sekali.” (Semua Ikan di Langit, h. 221).

Latar Suasana

Latar suasana yang terdapat dalam novel diantaranya; latar suasana menyedihkan yang dibuktikan dengan kutipan:

Rasa sedihnya membuat ikan julung-julung turut merasa luar biasa sedih dan memilih untuk berhenti membantu orang-orang sebagai tanda proses.” (Semua Ikan di Langit, h. 48).

Latar suasana menegangkan yang dibuktikan dengan kutipan: “Siapakah yang Beliau nantikan kali ini? Kami Menunggu.” (Semua Ikan di Langit, h. 71).

Latar suasana petualangan yang dibuktikan dengan kutipan: “Beliau membawa kami ke tempat yang sangat menarik kali ini.” (Semua Ikan di Langit, h. 65).

Latar suasana waspada yang dibuktikan dengan kutipan:

Di belakang saya, dia melayang-layang dengan senyuman culas sehingga saya terus-terusan dilanda perasaan waswas, merasakan dia mendekat dan memperhatikan bokong saya dengan sebelah matanya itu.” (Semua Ikan di Langit, h. 218).

Latar suasana menakutkan yang dibuktikan dengan kutipan: “Menakutkan … menakutkan sekali …” (Semua Ikan di Langit, h. 215).

Penokohan

Terdapat enam tokoh utama di dalam novel, diantaranya; Bus Damri/Saya, Beliau, Nadezhda/Nad, Chinar, Para anak Chinar (C, H, A, R) dan si Jahannam. Bus Damri dan Beliau merupakan tokoh protagonis, Chinar dan para anak Chinar merupakan tokoh tritagonis sedangkan Nad dan si Jahannam merupakan tokoh antagonis.

Penokohan Saya selaku Bus Damri pemeran utama dalam novel. Bus dalam kota itu  berusia kira-kira 33 tahun yang hampir dipensiunkan. Saya aktif bekerja sebagai bus dalam kota pada trayek Dipatiukur-Leuwipanjang di abad 21. Diceritakan bahwa Damri adalah bus yang bisa mendengar lewat lantai. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut:

Sebagai bus, saya mendengar lewat lantai. Orang-orang yang menapak ke dalam saya, menginjak lantai saya, menceritakan sebagian dari hidupnya, sedikit demi sedikit, tanpa mereka sadari.” (Semua Ikan di Langit, h.16). Bus Damri adalah sosok yang setia. Hal ini dibuktikan  dengan kutipan:

Apapun yang Beliau lakukan, apapun yang terjadi, saya tetap akan terus mecintai Beliau dengan setiap jengkal besi di tubuh saya, setiap debu yang menempel, semua kaca jendela dan tiang pegangan dan seluruh deretan kursi.” (Semua Ikan di Langit, h. 171).

Bus juga sosok yang selalu ingin tahu, hal ini dibuktikan dengan “Akan tetapi, apa yang dilihat Beliau? Apa yang membuat Beliau marah?” (Semua Ikan di Langit, h.56).

Bus memiliki sifat penyayang, hal ini dibuktikan dengan “Perjalanan ini membuat saya menyayangi Beliau.” (Semua Ikan di Langit, h.63).

Penokohan Beliau merupakan sosok yang memiliki tingkah laku yang beragam dan sulit diduga. Hal tersebut tampak dalam kutipan berikut:

Beliau menunggu di depan bunga itu sampai akhirnya Nad berhenti bersungut-sungut dan berjalan keluar pelan-pelan. Mengakui kekalahannya. Meski hatinya belum menerima. Lalu, ikan-ikan Beliau menjatuhkan batu di atas Nad. Dia penyek, dan tidak pernah berubah jadi ikan.” (Semua Ikan di Langit, h.166).

Beliau adalah sosok yang bisa melakukan segala hal, dibuktikan dengan kutipan “Hanya karena Beliau bisa melakukan segalanya, bukan berarti Beliau akan melakukan segalanya.” (Semua Ikan di Langit, h.219).

Beliau memiliki sifat penyayang, dibuktikan dengan kutipan “Bahwa Beliau-Beliau juga mencintai saya.” (Semua Ikan di Langit, h.184).

Penokohan Nad adalah sosok yang sombong karena dia mengaku mengetahui hal-hal yang tidak diketahui Bus dan menganggap dirinya lebih pintar. Hal ini dibuktikan dengan kutipan:

Saya terkagum-kagum dengan pengetahuan Nad. Tapi Nad, sebagaimana kecoak pada umumnya, selalu rendah hati dan berkata, ‘Ah, semua orang bisa menghitung 2007 dikurang 1944.’” (Semua Ikan di Langit, h.53).

Penokohan Chinar adalah sosok yang bijaksana, hal tersebut dibuktikan dengan kutipan “Bukan pengetahuan tentang Beliau yang paling utama, bus yang baik, hm …. Hal terpenting adalah mencintai Beliau, hm! Kalau anda memcintainya, cara menunjukkannya tidak akan terlalu penting bagi Beliau. Hm! Hm!” (Semua Ikan di Langit, h.133).

Penokohan para anak Chinar diantaranya; tokoh C adalah sosok yang bijaksana seperti ayahnya, hal ini terbukti dengan kutipan “Tapi, lalu kata C, itu tidak benar; pohon yang baik adalah pohon yang baik; ramping maupun gendut, sama saja” (Semua Ikan di Langit, h.177)

Penokohan tokoh H adalah sosok yang ramah dan suka tertawa “Dia pohon yang ramah dan suka tertawa, saya senang sekali padanya.” (Semua Ikan di Langit, h.178).

Penokohan tokoh A adalah sosok yang serius, hal ini terlihat pada kutipan “Ucapannya itu, dari kelihatannya, membuat para Chinar agak tegang” (Semua Ikan di Langit, h.191).

Penokohan tokoh R suka mendengus dan bicara semaunya, hal ini dibuktikan dengan kutipan

R mendengus.” (Semua Ikan di Langit, h.194).

R, kata C, suka sembarangan bicara, sehingga pada akhirnya sering memperbaiki ucapannya sendiri.” (Semua Ikan di Langit, h.194).

Si Jahannam merupakan seorang anak kecil dengan kemampuan melayang seperti Beliau yang muncul tiba-tiba dari kepulan asap rokok Membingungkan sesaat setelah dirinya tenggelam. Penokohan si Jahannam adalah sosok yang pemarah atau ketus dan penipu, hal ini dibuktikan dengan kutipan “ ‘Kamu, bus tolol,’ kata si Jahannam, dalam wujud palsunya sebagai anak lelaki.” (Semua Ikan di Langit, h.230).

Si Jahannam juga memliki sifat yang egois, hal ini dibuktikan dengan kutipan “‘Aku yang akan menang!’ Anak Jahannam itu berseru sekuat tenaga.” (Semua Ikan di Langit, h.228).

Alur

Alur cerita di dalam novel ini adalah maju-mundur/campuran. Karena diawal prolog terdapat kisah dimana Bus Damri sedang berada di toko sepatu bersama Beliau lalu berlanjut ke kisah dimana Bus Damri dan Beliau dipertemukan. Cerita di dalam novel lalu diakhiri dengan berakhirnya dunia dan kembalinya dunia dari titik yang paling awal.

Penutup

Di dalam novel "Semua Ikan di Langit" terdapat banyak pesan yang disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Misalnya pesan umum berupa menumbuhkan rasa cinta kepada Sang Pencipta dan segala ciptaan yang dicintai oleh Sang Pencipta. Hal tersebut tampak dalam kutipan berikut “Yang lebih penting daripada mencintai Beliau adalah mencintai segala hal yang Beliau cintai.” (Semua Ikan di Langit, h.194). 

Pesan-pesan seperti pentingnya menjadi orang yang baik, tidak pelit, menyayangi saudara dan tidak pantang menyerah, juga terdapat di dalam novel. Terlepas dari ceritanya yang mengandung berbagai makna ambigu dan berpotensi bersifat kontroversial, Ziggy berhasil membawa suatu cerita yang "beda" dari novel-novel fiksi pada umumnya. Selain ceritanya yang filosofis dan menarik, novel ini juga dihiasi berbagai sketsa buatan Ziggy sendiri yang cantik dan berkelas. Sketsa-skesta tersebut menggambarkan beberapa cerita dalam novel ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun