Saya kemudian menceritakan hal yang membuat Beliau senang, sedih dan marah. Beliau senang ketika menjahit boneka untuk menemani anak-anak dari kegelapan malam. Beliau senang ketika dipuji oleh Saya bahwa jahitannya indah.
Beliau sedih ketika terjadi perang di Auschwitz, Jerman tahun 1944 dimana seorang wanita bernama Shoshanna ketakutan karena habis membunuh seorang tentara nazi yang baru saja membunuh kakak perempuannya.
Beliau juga murka ketika melihat seorang pemuda yang kurang ajar, menendang seorang kakek yang kurus kering sehingga mata pemuda tersebut dijahit salah satunya oleh Beliau.
Saya bercerita bahwa ia dibuatkan galaksi yang terbuat dari permen oleh Beliau sebagai tanda kasih sayang Beliau kepada Saya. Mereka melanjutkan perjalanan bertemu dengan orang-orang baik, jahat maupun yang membutuhkan pertolongan Beliau. Mereka bertemu Chinar, pohon kehidupan yang beternak jiwa di luar angkasa. Saya diceritakan berbagai kisah menarik oleh Chinar. Ketika di bumi, anak Chinar, C, H, A, dan R, juga menceritakan berbagai kisah yang menakjubkan.
Namun, hanya satu yang selalu mengusik ketenangan Saya selama perjalanannya berkeliling ke berbagai tempat yang melampaui ruang dan waktu, "Bagaimana cara paling baik untuk mencintai Beliau?". Dibantu Nad sang kecoak, ikan julung-julung kepunyaan Beliau, Chinar sang pohon pengisah, dan tokoh-tokoh lainnya, Saya akan terus mencari tahu. Sampai hancur tubuhnya, lebur raganya.
Keunggulan
Keunggulang karya ini bisa dilihat dari besarnya imajinasi dalam membuat novel yang terasa melampaui batas imajinasi karya fiksi. Karya ini bebas dari kerancuan konten sehingga nyaman dibaca. Karya ini mengandung makna dan alegori tentang kehidupan yang tersaji indah; pelajaran baik dan buruk, tentang cinta dan benci, ketakutan-ketakutan, dan tentang penghambaan pada Tuhan. Cerita tentang spiritualitas manusia disampaikan melalui analogi-analogi yang berada pada sudut pandang tokoh yang tidak lazim dan terkesan unik: bus Damri, kecoa, bahkan seorang anak kecil. Kemampuan penulis dalam meramu cerita dan ketepatan penulis dalam merancang ‘dunia’ sangatlah baik sehingga seolah-olah kejadian yang terjadi nyata dan pembaca terhanyut dalam fantasi yang tidak biasa.
Kelemahan
Kelemahan karya ini ditemukan dalam konflik cerita yang minim, penggunaan kata ganti dalam tokoh cerita yang suka berganti-ganti, lalu tokoh Beliau dalam cerita yang terkesan menggambarkan Tuhan yang menunjukkan bentuk melecehkan atau penistaan terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa karena di dalam cerita Tuhan digambarkan sebagai anak lelaki yang memakai jubah kebesaran. Terkesan sangat berani meskipun salah dan sebagian besar cerita merupakan pengandaian ilahiah yang mengandung nilai-nilai moral.
Analisis Unsur Instrinsik
Tema