“Kamu gak pernah menyusahkan kita kok nak” sahut ibunya dengan menitihkan air matanya dengan memeluk tubuh ringkih putri semata wayangnya itu.
Pertahanan Melis roboh, air matanya terjatuh dengan sendirinya dan tersenyum getir. Ternyata seperti ini rasanya dipeluk oleh ibu.
“Melis gak papa buk, kalian pulang kesini, ninggalin pekerjaan kalian aja udah sem-“ ucapan Melis terpotong, kepalanya mendadak sangat tidak bisa di ajak kompromi, dadanya mulai sesak, berkali-kali dia mencoba mengambil nafas dalam-dalam seolah tak bisa menghirup nafas lagi esok, pandangan gadis itu mulai buram, entah karena genangan air matanya atau yang lain.
“Buk, Melis sayang ibuk ba-“ belum sempat gadis itu menyelesaikan ucapannya..
Sedangkan di sisi lain, bapaknya dengan cepat langsung memanggil dokter. Sedangkan ibunya terus memegang tangan Melis, dengan melafalkan do’a, berharap Melis baik-baik saja.
Seusai kesadarannya hilang, dokter yang baru saja datang segera mengambil alih Melis dan menyuruh keduanya menunggu hasil dari luar ruangan.
*****
Melis menggeleng, namun tak urung tersenyum, sudah lama dia tak di berikan perhatian manis seperti ini dari orang tuanya.
Kini keduanya tertunduk di depan ruang inap anaknya, pandangan mereka sayu, seluruh emosi melebur di dada mereka, mereka marah karna mereka tak bisa menjadi orang tua yang baik bagi anak semata wayangnya, mereka kecewa karena anak semata wayangnya tak mau menceritakan apa yang terjadi padanya, mereka sedih karena semua ini terjadi akibat kesalahan mereka.
“keluarga Melis Erlangga..” ucap sang dokter
“BAGAIMANA KEADAAN ANAK SAYA, DOKKK?” teriak sang ibu, dia tak peduli jika kini menjadi pusat perhatian.