Mohon tunggu...
Fithrotul Fikriyah
Fithrotul Fikriyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya memasak, tapi saya ingin menjadi penulis biar mendapat ilmu, kenalan, wawasan, dan menambah uang saku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Regret

28 Desember 2024   12:00 Diperbarui: 27 Desember 2024   20:22 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kamu gak pernah menyusahkan kita kok nak” sahut ibunya dengan menitihkan air matanya dengan memeluk tubuh ringkih putri semata wayangnya itu.

Pertahanan Melis roboh, air matanya terjatuh dengan sendirinya dan tersenyum getir. Ternyata seperti ini rasanya dipeluk oleh ibu.

“Melis gak papa buk, kalian pulang kesini, ninggalin pekerjaan kalian aja udah sem-“ ucapan Melis terpotong, kepalanya mendadak sangat tidak bisa di ajak kompromi, dadanya mulai sesak, berkali-kali dia mencoba mengambil nafas dalam-dalam seolah tak bisa menghirup nafas lagi esok, pandangan gadis itu mulai buram, entah karena genangan air matanya atau yang lain.

“Buk, Melis sayang ibuk ba-“ belum sempat gadis itu menyelesaikan ucapannya..

Sedangkan di sisi lain, bapaknya dengan cepat langsung memanggil dokter. Sedangkan ibunya terus memegang tangan Melis, dengan melafalkan do’a, berharap Melis baik-baik saja.

Seusai kesadarannya hilang, dokter yang baru saja datang segera mengambil alih Melis dan menyuruh keduanya menunggu hasil dari luar ruangan.

*****

Melis menggeleng, namun tak urung tersenyum, sudah lama dia tak di berikan perhatian manis seperti ini dari orang tuanya.

Kini keduanya tertunduk di depan ruang inap anaknya, pandangan mereka sayu, seluruh emosi melebur di dada mereka, mereka marah karna mereka tak bisa menjadi orang tua yang baik bagi anak semata wayangnya, mereka kecewa karena anak semata wayangnya tak mau menceritakan apa yang terjadi padanya, mereka sedih karena semua ini terjadi akibat kesalahan mereka.

“keluarga Melis Erlangga..” ucap sang dokter

“BAGAIMANA KEADAAN ANAK SAYA, DOKKK?” teriak sang ibu, dia tak peduli jika kini menjadi pusat perhatian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun