“Kamu beneran mau ikut?” tanya fithro.
Kedua gadis itu kini berada di UKS, pastinya dengan melis yang sedang terkulai lemas di atas ranjang UKS.
Melis mengangguk, dia bertekad untuk mengikuti lomba tahfidz nasional yang akan diselengarakan bulan depan, dia mikir mungkin dengan ini dia bisa membuktikan kepada orang tuanya bahwa dia adalah anak yang dapat membanggakan kedua orang tuanya.
Tatapan harapan yang di pancarkan Melis pada Fithro supaya mengizinkannya, tapi percuma meskipun dilarang gadis dihadapannya akan tetap mengikuti lomba itu, jadi cukup untuk mengalah dan menuruti kemauannya tersebut.
“Hpku mana?” tanya Melis yang hanya di balas helaan nafas oleh fithro, dengan bergumam dihati (bisakah gadis ini memikirkan kesehatannya terlebih dahulu).
Melis Segera mengetikkan sesuatu di Hp miliknya.
Melis : Buk, bulan depan melis mau lomba tahfidz nasional, do’akan melis ya, buk.
Selang beberapa menit Hp itu bergetar, dengan layar menunjukan buble chat balasan dari ibuknya.
Ibuk : Wah, semangat ya nak, ibuk dan bapak selalu do’ain kamu dari sini kok.
Melis tersenyum bahagia, padahal dia hanya bisa berinteraksi dengan orang tuanya lewat benda pipih yang dia genggam.
Melis : Buk, ibuk dan bapak kapan jadi pulang,?