Mohon tunggu...
Lia Agustina
Lia Agustina Mohon Tunggu... pegawai negeri -

bukan manusia sempurna....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Suatu Ketika di Tepi Danau Maninjau...

20 April 2010   06:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:41 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Panggil saja Uni Zara ya, Dik..." sahutku sambil menjabat tangannya. "Rumah kamu di mana? Gak sekolah?"

"Selang dua rumah dari rumah Nek Fatimah, nenek-nya Uni Zara. Ambo masuk sekolah siang, Uni...," timpal Dodi lagi. "Uni mau ikut?"

"Ikut ke mana? Ke sekolah Dodi? "

"Bukan, Uni..." Dodi tergelak mendengar pertanyaanku. "Ambo hendak menjala ikan di danau. Uni mau ikut ndak?"

"Naik sampan ini? Kamu bisa naik sampan?"

Dodi mengangguk cepat.

Antara ragu dan penasaran aku akhirnya memutuskan untuk ikut Dodi mencari ikan. Meski terbilang bocah, Dodi termasuk anak yang cekatan dan kuat. Setelah bersama-sama mendorong sampan menjauhi bibir danau, kami pun mulai mengayuh sampan hingga ke tengah-tengah danau. Sempat muncul rasa takut dan pusing saat sampan kecil itu agak oleng, namun Dodi tampak tenang-tenang saja. Lama-kelamaan aku menikmati juga pengalaman tersebut. Tak kusangka, pemandangan di tengah danau ini justru lebih indah dari sebuah lukisan seorang maestro! Subhanallah.....

"Dodi menjala ikan begini setiap hari?" tanyaku pelan.

"Indak, Ni. Abo ambo yang biasanya menjala ikan, tapi dari kemarin beliau sakit. Jadi ambo yang gantikan sementara sebelum pergi ke sekolah. Lagi pula hari ini nenek hendak memasak gulai ikan untuk diberikan pada Dokter Heru, karena beliau yang mengobati abo sampai sembuh."

"Dokter Heru?"

"Iya, Ni. Kepala Puskesmas di siko. Beliau datang dari Jawa. Baik sekali orangnya..," imbuh Dodi panjang lebar, persis seperti seorang humas. "Beliau belum punya pacar, walaupun anak-anak perempuan banyak yang suka. Nanti ambo kenalkan ya, Ni?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun