Mohon tunggu...
Lia Agustina
Lia Agustina Mohon Tunggu... pegawai negeri -

bukan manusia sempurna....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Suatu Ketika di Tepi Danau Maninjau...

20 April 2010   06:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:41 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cepat-cepat kutelepon Pram, namun lagi-lagi nada tidak aktif yang terdengar. Kucari ia di rumahnya dan di kantornya, tapi semua nihil! Entah mengapa Pram menghilang tanpa meninggalkan pesan apa-apa untukku. Yang aku tahu hanya Pram mengambil cuti, dan info itu kudapatkan justru dari rekan kerjanya. Aku kecewa, aku lelah..., dan saat itu juga aku memutuskan untuk pergi, meninggalkan semua yang telah menyesakkan batinku....

*

Udara pagi yang sangat segar memenuhi rongga paru-paruku. Meski semalam kurang tidur, tapi rasa nyaman itu telah membuatku sedikit lebih bergairah daripada hari kemarin.

[caption id="attachment_121605" align="alignright" width="150" caption="donnyfredy.blogspot.com/2009"][/caption]

Beruntung rumah nenek berada di tepi danau nan cantik. Malah halaman belakang rumah nenek hanya berjarak beberapa meter dari bibir danau - yang uniknya tak seperti pinggiran danau yang umumnya penuh bebatuan dan membentuk cekungan - namun tempat yang kududuki sekarang ini lebih menyerupai sebuah pantai dengan pasir-pasir putih yang landai dan menyentuh permukaan air danau selayaknya berada di tepi laut. Airnya pun beriak-riak, persis ombak kecil yang berkejar-kejaran di pantai. Belum lagi barisan bukit-bukit yang mengelilingi seputaran danau yang kira-kira berluas 99,5 km2 itu, ikut dipayungi oleh langit biru yang dihiasi dengan putihnya awan seperti kapas. Di kejauhan tampak keramba-keramba ikan berjejeran di tepi danau. Namun agak di tengah-tengah danau tersebut, beberapa nelayan kelihatan sedang mengayuh sampan-sampan (perahu kecil dari kayu) dengan tenangnya dan kemudian mereka menebarkan jala untuk menangkap ikan.  Luar biasa indahnya!

Pemandangan seperti di Danau Maninjau ini merupakan pemandangan yang tak pernah bisa kulihat dan kunikmati ketika aku berada di Jakarta. Bahkan mungkin kebanyakan orang-orang di Jakarta tak  mengetahui bahwa jalan HR Rasuna Said di Kuningan tersebut diambil dari nama seorang pejuang hak-hak perempuan sekaligus jurnalis yang berasal dari Maninjau ini. Begitu pula dengan seorang ulama besar bernama Buya HAMKA yang juga merupakan putra daerah Maninjau. Dan jangan tertawakan aku, kalau aku pun mengetahuinya dulu justru dari sebuah Buku Pintar. Ah, sungguh memalukannya aku....!

Hei, lihat! Ada sebuah sampan 'terparkir' di sisi kiri halaman belakang rumah nenek, yang luput dari penglihatanku sejak tadi. Baru saja aku melangkah mendekati sampan itu, sebuah suara memanggilku.

"Uni.....! Uni mau naik sampan ya?" seru seorang bocah lelaki yang usianya kira-kira 11 tahun. Ia berlari kecil mendekatiku. Wajah polosnya tersenyum ceria. Anak itu tampak kurus dan berkulit sawo matang, namun sorot matanya menunjukkan sebuah kecerdasan. Aku langsung tertarik,  karena mengingatkanku pada anak-anak Indonesia dalam tayangan semi dokumenter di televisi.

"Uni baru aja ngeliat sampan ini. Menarik juga....," jawabku sambil menepuk-nepuk buritan sampan tersebut. "Kamu sendiri kenapa di sini, Adik kecil...?"

"Nama ambo Dodi, Uni....," ucap bocah itu meralat, namun senyuman masih tak lekang di wajahnya. "Nama Uni siapa?"

Ah, anak ini santun sekali!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun