"Tidak, kamu itu spesial." Seketika, selengking suara asing menggema di toilet. Suara yang tak pernah dikenali Bella sebelumnya. Suara yang lembut, halus, seperti suara ibunya.Â
"S-iapa itu?!" pekik Bella. Tidak ada jawaban.
Sejurus kemudian, seonggok boneka voodoo jatuh menimpa punggung Bella. Boneka itu berukuran setelapak tangan orang dewasa dengan rambut panjang di kepang dua. Ekspresinya datar saja dengan mata bulat dan segaris bibir. Bella terkesiap. Ia melihat ke atap. Tidak ada siapa-siapa di sana.
Mulanya, Bella amat takut. Dari mana datangnya boneka itu, Bella tak pernah tahu. Namun, saat itu, ada perasaan kasihan ketika Bella melihat boneka itu tergeletak sendirian, persis seperti dirinya kini, seorang diri, tanpa ada seorang teman. Lantas, Bella mengambil boneka itu dengan sedikit payah, kemudian ia merengkuhnya dengan perasaan saling memiliki. "Aku akan merawatmu." Sejak saat itu, hidup Bella berangsur berubah. Entah menjadi lebih baik atau lebih buruk, hanya Bella yang bisa menyimpulkan.Â
***
"Siapa kamu?"
"Itu kamu, Bella."
"Bukan, itu bukan aku. Wajahku tak mungkin secantik ini."
"Benar, itu dirimu yang sekarang."
"T-api, kenapa wajahku bisa secantik ini? Apa yang kau lakukan?"
"Aku? Ah, kau becanda. Tentu saja kau sendiri yang melakukannya, bukan aku. Apa kau tak ingat?"