Mohon tunggu...
Firdaus
Firdaus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Guru Esde

Guru Esde Muara Tawang Estate

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menumbuhkan Nilai-nilai Multikultural di SD Eka Tjipta Kapuas Hulu

6 September 2024   22:09 Diperbarui: 6 September 2024   22:13 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENUMBUHKAN NILAI-NILAI MULTIKULTURAL PADA SISWA DI SD EKA TJIPTA KAPUAS HULU

 Firdaus 

SDS Eka Tjipta Muara Tawang  

Abstract

Firdaus: The Role of Islamic Religious Education Teachers in Fostering Multicultural Values in Students at Eka Tjipta Kapuas Hulu Elementary School

The educational process cannot be separated from the role of the teacher as the main figure in providing an example for students. The process of forming human character which is dominated by education will never be separated from the role of a teacher in guiding the course of learning. So in this case, education should also promote learning that can create new habits, in an effort to develop an attitude of tolerance in students. So that religious education with a multicultural perspective can be used as a solution in developing students' character that is inclusive and tolerant of differences.

This research aims to examine the role of Islamic Religious Education teachers in fostering multicultural values at SD Eka Tjipta Kapuas Hulu. Islamic Religious Education Teachers have a very important role in fostering multicultural values, especially the value of tolerance. In Islamic teachings, multicultural education is no longer foreign, but it is clearly stated in the Qur'an and the Hadith of the Prophet Muhammad. Islamic education teachers only need to internalize multicultural teachings in the Qur'an and Hadith and integrate them into students' lives. With the existence of multicultural values, especially the value of tolerance in students, students will be able to live a social life and respect each other. This research uses qualitative methods by collecting data using interview, observation and documentation techniques. Meanwhile, the data validity guarantee technique uses source triagulation. The results of this research indicate that the role of PAI teachers in cultivating multicultural values in developing attitudes of tolerance at SD Eka Tjipta Kapuas Hulu is good. can be seen from several of its roles as follows: (a) Cultivating a Culture of Tolerance, (b) Instilling a No-Racist Attitude, (c) Morning Meeting (Familiarization), and (d) Providing equal treatment to Differences in Ability and Gender. Apart from that, the author identifies several factors that support Islamic Education Teachers when carrying out their duties as educators, teachers, mentors and trainers in implementing multicultural education, namely: (a) Worship Room Facilities, (b) Teachers from Various Religions, (c) Supporting Books, ( d) Culture of the Eka Tjipta Kapuas Hulu Elementary School Residents. Meanwhile, the factors that hinder PAI teachers from implementing multicultural education are as follows: (a) Teacher personality, (b) Children who are too comfortable with school culture, and (c) Parents who demand additional religious learning.

Keywords: Role of PAI Teachers, Multicultural Values.

Abstrak

Firdaus: Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menumbuhkan Nilai-Nilai Multikultural Pada Siswa Di SD Eka Tjipta Kapuas Hulu.

Proses pendidikan tak lepas dari peran guru sebagai figur utama dalam memberi teladan bagi peserta didik. Proses pembentukan karakter manusia yang didominasi dengan jalan pendidikan juga tak akan pernah lepas dari peran seorangguru dalam menahkodai jalannya pembelajaran. Sehingga dalam hal ini, pendidikan juga semestinya mengusung pembelajaran yang dapat menciptakan kebiasaan baru, dalam upaya menumbuhkembangkan sikap toleransi kepada peserta didik. Sehingga pendidikan Agama yang berwawasan multikultural dapat dijadikan salah satu solusi dalam mengembangkan karater peserta didik yang inklusif dan toleran terhadap perbedaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan nilai-nilai multikultural di Sd Eka Tjipta Kapuas Hulu. Guru Pendidikan Agama Islam memiliki peranan yang sangat penting dalam menumbuhkan nilai multikultural terutama nilai toleransi. Dalam ajaran Islam pendidikan mutikultural ini tidak asing lagi, melainkan memang tertera jelas di dalam Al Qur'an dan Hadis Rasulullah Saw. Guru Pendidikan Islam hanya perlu menginternalisasikan ajaran multikultural dalam Al Qur'an dan Hadis serta mengintegrasikannya ke kehidupan siswa. Dengan adanya nilai multikultural terutama nilai toleransi pada peserta didik, maka peserta didik akan mampu berkehidupan sosial dan saling menghargai dan menghormati antar sesama. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Sementara teknik penjamin keabsahan data menggunakan triagulasi sumber. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Peran Guru PAI dalam menumbuhkan nilai-nilai Multikultural terhadap pengembangan sikap toleransi di SD Eka Tjipta Kapuas Hulu sudah baik. dapat dilihat dari beberapa perannya sebagai berikut: (a) Memupuk Budaya Toleransi, (b) Menanamkan Sikap No Rasis, (c) Morning Meeting (Pembiasaan), dan (d) Memberi Perlakuan sama Terhadap Perbedaan Kemampuan dan Gender. Selain itu, penulis mengidentifikasi beberapa faktor yang mendukung Guru PAI ketika menjalankan tugasnya sebagai pendidik, pengajar, pembimbing dan pelatih dalam menerapkan pendidikan multikultural yaitu: (a) Fasilitas Ruang Ibadah, (b) Guru dari Berbagai Agama, (c) Buku Pendukung, (d)Kultur Warga Sekolah SD Eka Tjipta Kapuas Hulu. Sedangkan faktor yang menghambat Guru PAI dalam menjalankan pendidikan multikultural adalah sebagai berikut: (a) Kepribadian Guru, (b) Anak yang terlalu nyaman dengan kultur sekolah, dan (c) Orang tua yang menuntut penambahan pembelajaran Agama.


Kata Kunci: Peranan Guru PAI, Nilai-Nilai Multikultural.

Pendahuluan 

Multikulturalisme sebagai sebuah pemahaman yang menekankan pada kesenjangan dan kesetaraan budaya lokal dengan tanpa mengabaikan hak-hak dan eksistensi budaya yang ada. Penekanan multikulturalisme adalah pada kesetaraan budaya. Paradigma mengenai pembangunan pendidikan yang sentralistik telah melupakan keberagaman kekayaan dan potensi yang dipunyai bangsa. Beberapa langkah mengenai tujuan pelakasanaan pendidikan sebagai bentuk media efektif untuk melahirkan generasi yang memiliki pandangan yang mampu menjadikan keragaman sebagai bagian yang harus diapresiasi secara konstruktif (Ngainum Naim dan Achmad Sauqi, 2008: 7-8).

Indonesia sebagai negara kesatuan berbangsa telah memiliki pancasila sebagai penganut dasar filosofis yang digali dari nilai-nilai luhur bangsa. Nilai- nilai budaya bangsa Indonesia sejak awal menyadari akan eksistensi kesatuan dalam keragaman. Prinsip dasar kebangsaan ini penting dipertahankan dalam pergaulan masyarakat yang kontemporer, karena menegaskan pentingnya kesetaraan, keadilan, keterbukaan, pengakuan perbedaan dan toleransi yang akan berujung harmoni. Dengan demikian sebagai sebuah gerakan budaya, multikulturalisme adalah bagian integral dalam sistem budaya dalam masyarakat yang salah satunya dalam pendidikan (Abdurrahmansyah, 2017: 82).

Pendidikan Agama Islam, gagasan multikultural bukanlah sesuatu yang baru dan ditakuti, setidaknya ada tiga alasan untuk itu.  Pertama, bahwa Islam mengajarkan menghormati dan mengakui keberadaan orang lain. Kedua, konsep persaudaraan Islam tidak hanya terbatas pada satu sekte atau golongan saja.  Ketiga, dalam pandangan Islam bahwa nilai tertinggi seorang hamba adalah terletak pada integralitas taqwa dan kedekatannya dengan Tuhan. Oleh karena itu, seorang guru PAI diharapkan mampu memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai multikultural dalam tugasnya sehingga mampu melahirkan peradaban yang toleransi, demokrasi, tenggang rasa, keadilan, harmonisasi, serta nilai-nilai kemanusiaan lainnya (Mahrus, 2013: 14).

SDS Eka Tjipta Kapuas Hulu yang merupakan salah satunya Sekolah Dasar yang dipilih sebagai objek dalam penelitian ini karena memiliki keberagaman yang unik diantaranya adalah aspek keagamaan, suku, bahasa dan budaya yang beragam. Pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) yang diberikan di SD Eka Tjipta Kapuas Hulu memang tidak sebanyak yang ada pada sekolah khusus Islam ataupun Madrasah Ibtidaiyah, untuk itu materi PAI yang diberikan masih sangat bersifat umum. Sehingga seorang guru PAI yang ada di SDS Eka Tjipta harus mampu mengaitkan materi-materi PAI yang begitu banyak baik dari segi akidah, akhlak, fiqih, dan SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) dengan nilai-nilai pendidikan multikultural. Keberagaman yang ada di SD Eka Tjipta Kapuas Hulu menunjukkan multikultural yang terjadi dapat mempengaruhi proses sosialisasi bagi siswa, baik saat proses pembelajaran maupun diluar proses pembelajaran. Untuk itu, posisi seorang guru Pendidikan Agama Islam memiliki pengaruh yang besar dalam proses menumbuhkan nilai-nilai multikultural. Tidak hanya dapat mengaitkan Pendidikan Agama Islam yang materinya terdapat nilai-nilai pendidikan multikultual, akan tetapi seorang guru PAI dapat berperan dalam menanamkan nilai-nilai multikultural secara praktik nyata atau memberikan contoh secara lagsung saat proses pembelajaran. Guru Pendidikan Agama Islam juga dapat menanamkan nilai-nilai multikultural dalam menggunakan perannya dalam proses pembelajaran.

Metode 

Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara utuh dan mendalam tentang realitas sosial dan berbagai fenomena yang terjadi dimasyarakat yang menjadi subjek penelitian sehingga tergambarkan ciri, karakter, sifat dan model fenomena tersebut (Wina Sanjaya, 2013: 47).

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa penelitian ini nantinya akan mendeskripsikan atau menggambarkan peran guru PAI dalam menumbuhkan multikultural terhadap pengembangan sikap toleransi di SD Eka Tjipta Kapuas Hulu

Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang berkaitan dengan sasaran permasalahan penelitian juga merupakan salah satu sumber data yang bisa dimanfaatkan oleh peneliti (Mardalis: 1999: 26) Tempat dilaksanakannya penelitian ini adalah SD Eka Tjipta Kapuas Hulu. Sekolah ini bertempat di Jl. Suhaid-Mantan, Desa Mantan, Pondok 1, PT. Kartika Prima Cipta, Mantan, Kec. Suhaid, Kab. Kapuas Hulu Prov. Kalimantan Barat

Target/Subjek Penelitian

Subjek Menurut Tatang M Amirin dalam buku Rahmadi (2011:61) subjek penelitian adalah sumber tempat memperoleh keterangan penelitian atau seseorang yang ingin digali sebuah keterangan atau informasi. Subjek yang diambil peneliti dalam penelitian ini adalah Guru PAI yang ada di SD Eka Tjipta Kapuas Hulu

Prosedur

Sesuai dengan penelitian yang penulis lakukan secara deskriptif kualitatif, maka pengumpulan datanya menggunakan metode-metode yang bersifat kualitatif tidak berbentuk data statistik. Adapun teknik yang digunakan penulis dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling. "Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampelsumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini,misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yangkita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti." (Sugiyono, 2015: 300).

Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode sesuai dengan data yang akan dikumpulkan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

  • Wawancara (Interview)

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Juliansyah Noor, 2011: 138)

Informan yang diambil dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah SD Eka Tjipta Kapuas Hulu, Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, dan Siswa-siswi SD Eka Tjipta Kapuas Hulu. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai sejauh mana Peran Guru PAI dalam menumbuhkan Nilai-nilai Multikultural terhadap siswa di SD Eka Tjipta Kapuas Hulu dan hambatannya.

  • Observasi (Pengamatan)

Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Abu Achmadi Cholid Narbuko, 2016: 70).

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis observasi nonpartisipatif yaitu observer tidak ambil bagian atau berada dalam keadaan objek yang dioservasi. Peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

  • Dokumentasi

Dokumen merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat berupa catatan anekdot, surat, buku harian, dokumen- dokumen. Biasanya dokumen ditemukan dalam tempat penyimpanan kumpulan manuskrip, atau perpustakaan. Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagaian besar data yang tersedia yaitu berbentuk surat, catatan harian, cendera mata, laporan, artefak, dan foto. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam (Juliansyah Noor, 2011: 141)

Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu sebagai berikut (Sugiyono, 2014: 92)

  • Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari penelitian direduksi dengan merangkumnya, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

  • Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka tahap selanjutnya adalah menyajikan data baik dalam bentuk tabel, grafik maupun bentuk-bentuk yang lain. Sehingga data terorganisir, tersusun dalam pola hubungan dan semakin mudah dipahami.

  • Conclusion Drawing (Verifikasi)

Tahap selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang diungkapkan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada langkah pengumpulan data selanjutnya. Namun kesimpulan tersebut didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2014: 99).

Hasil dan Pembahasan

Setelah melakukan proses pengumpulan data mengenai pernan guru PAI dalam menumbuhkan nilai-nilai multikultural di SD Eka Tjipta Kapuas Hulu dengan beberapa metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya akan dianalisis. Analisis dilakukan dengan cara deskriptif, yakni menganalisis data tersebut dengan cara induktif yaitu berfikir dari pengetahuan yang bersifat umum dan bertitik tolak pada pengetahuan umum. Adapun tujuan terhadap data hasil penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan keadaan yang sebenarya di SD Eka Tjipta Kapuas Hulu.

Berikut ini akan diuraikan hasil kajian lapangan yang berkaitan dengan variabel penelitian, yaitu pernan guru PAI dalam menumbuhkan nilai-nilai multikultural diperoleh dari hasil observasi dan wawancara terindikasi melalui indikator: berkomunikasi lisan dan tulisan, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru PAI di SD Eka Tjipta Kapuas Hulu diperoleh jawaban rata-rata positif seperti para guru melibatkan siswa dalam menumbuhkan nilai-nilai multikultural dengan cara mengajarkan rasa kasih sayang antar sesama. Tidak hanya kepada sesama muslim, tetapi juga antar non muslim. Ketika adalah salah satu temannya yang non muslim tidak paham dengan pelajaran, mereka diminta untuk tidak segan-segan untuk menjelaskan.

Para guru PAI dalam mengajarkan rasa kasih sayang cukup berhasil. Salah satunya adalah antara siswa muslim dan non muslim saling membantu dalam kesulitan. Menjenguk guru, karyawan atau siswa yang sakit sehingga menyatukan kerukunan dan persaudaraan antar warga sekolah yang terlihat interaksi yang harmonis satu sama lain. Kerukunan antar guru dan murid juga terjalin dengan baik.

Para siswa juga mendukung program-program yang dilaksanakan di sekolah seperti pemilos yang diadakan disekolah. Kantin kejujuran juga berjalan karena para siswa yang mau bekerja sama dengan sekolah tentang rasa tanggumg jawab dan kejujuran. Kegiatan lain yang selalu dilakukan upacara setiap hari senin dan hari besar nasional, kegiatan yang pasti dilakukan di SD Eka Tjipta Kapuas Hulu dalam rangka menumbuhkan jiwa nasionalisme peserta didik. Menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum pembelajaran kegiatan bertujuan untuk menumbuhkan persatuan dan kesatuan bahwa semua warga yang ada disekolah ini dari latar budaya yang berbeda-beda, tapi kita semua sama yaitu warga Indonesia. Peringatan Hari-hari Besar Agama seperti Idul Fitri, Idul Adha, Perayaan Natal, dan lainnya mmerupakan bentuk toleransi antar agama. Sekolah dalam menyikapi perbedaan dan keyakinan tersebut telah memberikan kebebasan dalam melaksanakan hari besar agamanya masing-masing.

Para siswa juga menggunkan fasilitas yang ada disekolah, sekolah memberikan fasilitas tanpa membedakan satu sama lain. Termasuk fasilitas kegiatan keagamaan diberikan sesuai porsi yang dibutuhkan, seperti fasilitas ruang keagamaan, kegiatan keagamaan dan lainnya. SD Eka Tjipta Kapuas Hulu memberikan ruang dalam pembelajaran keagamaan sesuai dengan keadaan agama yang ada di sekolah.

Para guru di SD Eka Tjipta Kapuas Hulu mampu bekerjasama dengan siswa, sebaliknya siswa juga sangat mendukung program-program yang dilaksanakan guru dalam menumbuhkan nilai-nilai multikultural sehingga terjalin komunikasi yang baik. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa para guru PAI SD Eka Tjipta Kapuas Hulu bekerjasama dengan baik sehingga guru menjadi pribadi yang baik dan menjadi teladan bagi siswa. Adapun siswa sangat mendukung sekali dengan mau melaksanakan dan siap membantu sekolahan untuk mewujudkan sekolah berbasis multikultural. Adapun faktor pendukung dan penghambat para guru di SD Eka Tjipta Kapuas Hulu. Faktor pendukung para warga sekolah, fasilitas sekolah. Faktor penghambat pergaulan lingkungan, kurangnya dukungan keluarga. Adapun harapan ke depan  para  Guru PAI SD Eka Tjipta Kapuas Hulu : peningkatan pendidikan berbasis multikultural, para siswa menumbuhkan nilai-nilai multikultural dengan baik.

Peran Guru PAI dalam Menumbuhkan nilai-nilai Multikultural.

Berdasarkan hasil penulisan berupa wawancara, pengamatan dan dokumentasi yang dilakukan di SD Eka Tjipta Kapuas Hulu, penulis menganalisis bahwa peran guru PAI dalam menumbuhkan nilai-nilai multikultural terhadap pengembangan sikap toleransi siswa sudah baik. Peran guru PAI dalam menumbuhkan nilai-nilai multikultural merupakan peranan yang sangat penting, karena posisinya tidak dapat digantikan dengan media apapun. Terdapat unsur manusiawi yang bersifat alamiah berupa sikap, nilai, kesopanan, kebiasaan dan keteladanan.

Dalam menumbuhkan nilai-nilai multikultural Peran Guru PAI dapat diwujudkan dengan sikap demokratisnya. Artinya dalam segala tingkah laku baik sikap maupun perkataannya guru tidak deskkriminatif terhadap peserta didik dengan agama, suku atau gender yang berbeda. maka berdasarkan hasil penulisan, guru PAI di SD Eka Tjipta Kapuas Hulu sudah bisa dikatakan tidak deskriminatif terhadap peserta didik. Hal itu juga diperkuat dengan pernyataan peserta didik yang merasa bahwa tidak ada perlakuan pilih kasih yang dilakukan guru PAI.

Maka dari itu, dapat diidentifikasi peran guru PAI dalam menumbuhkan nilai-nilai Multikultural di SD Eka Tjipta Kapuas Hulu adalah sebagai berikut:

  • Peran Guru PAI sebagai pendidik dalam menumbuhkan nilai-nilai multikultural Sebagai pendidik guru PAI sudah memberikan teladan kepada peserta didik untuk tidak membeda-bedakan antarteman yang berbeda suku maupun agama. Guru PAI memberi teladan untuk bersikap No Rasis kepada peserta didik dan warga sekolah. Selain itu guru PAI juga memberi teladan tentang sikap Toleransi ketika peserta didik nonmuslim ibadah atau merayakan hari besarnya.
  • Peran Guru PAI sebagai pengajar dalam menumbuhkan nilai-nilai multikultural Sebagai pengajar guru PAI sudah memberikan peran yang baik. Guru membuat pola pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan sekolah. Meskipun ada beberapa tuntutan orang tua mengenai penambahan jam pelajaran agama tertentu.
  • Peran Guru PAI sebagai pembimbing dalam menumbuhkan nilai-nilai multikultural Sebagai pembimbing guru PAI telah berusaha memaksimalkan perannya terutama dalam mengontrol perjalanan mental dan emosional peserta didik. Ketika terjadi perselisihan guru akan menasihati peserta didik sehingga tidak terjadi konflik yang semakin parah. Misalnya memberi nasihat bahwa sesama teman tidak boleh marahan lebih dari tiga hari.
  • Peran Guru PAI sebagai pelatih dalam menumbuhkan nilai-nilai multicultural Sebagai pelatih, guru PAI telah menyesuaikan standar kemampuan peserta didik yang berbeda. Meski tidak memahami secara komprehensif tentang batas kemampuan peserta didik, setidaknya guru tidak memaksakan atau menuntut peserta didik untuk sama dalam hal pencapaian belajar. Karena di SD Eka Tjipta Kapuas Hulu juga terdapat siswa yang berkebutuhan khusus, sehingga tidak bisa jika anak-anak tersebut disamakan dengan anak-anak yang normal.

Faktor-faktor yang mendukung guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan nilai-nilai multikultural

Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan dengan para informan, dalam menumbuhkan nilai-nilai multikultural, ada beberapa hal yang yang menjadi faktor pendukung Guru PAI menumbuhkan nilai-nilai multikultural. Faktor pendukung tersebut diantaranya sebagai berikut:

  • Fasilitas Ruang Ibadah Terdapat satu ruangan yang didesain khusus sebagai ruang ibadah untuk empat agama yakni, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Sementara untuk tempat ibadah muslim menggunakan satu ruang kelas karena pertimbangan peserta didik lebih dominan. Namun meskipun terdapat perbedaan, hal itu tidak menjadikan sala satu pihak merasa terpinggirkan karena semua telah disesuaikan dengan kapasitas jumlahnya.
  • Guru dari Berbagai Agama Semua agama difasilitasi dengan guru yang berbeda, sehingga jam pelajaran agama berlangsung secara bersamaan. Namun untuk nonmuslim karena jumlahnya lebih sedikit, pembelajarannya berlangsung di Praying Room (Ruang Ibadah), sementara yang muslim di Kelas.
  • Buku Pendukung Buku pendukung yang disediakan tidak hanya untuk Agama Islam saja, tetapi agama yang lain juga difasilitasi sesuai kebutuhannya. Sehingga tidak terdapat deskriminasi dalam pembelajaran agama, karena semua difasilitasi secara adil.
  • Kultur Warga Sekolah SD Eka Tjipta Muara tinggi adanya toleransi.

Semua pegawai mulai dari guru hingga karyawan sudah memahami adanya perbedaan sehingga, pemakluman tidak lagi menjadi hal berat untuk dilakukan.

Faktor-faktor yang menghambat guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan nilai-nilai Multikultural.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan dengan para informan, dalam menumbuhkan nilai-nilai pendidikan multikultural, ada beberapa hal yang yang menjadi faktor penghambat Guru PAI menumbuhkan nilai-nilai multikultural. Hambatan yang muncul dalam peran Guru PAI dalam menumbuhkan nilai-nilai multikultural itu, lebih didominasi faktor dari luar peserta didik, diantaranya sebagai berikut:

  • Kepribadian Guru Kepribadian guru ini menyangkut sikapnya secara pribadi terhadap orang-orang yang berbeda secara kultural dengannya. Jika kepribadian guru ekslusif dan memiliki paham radikal maka akan memengaruhi perannya dalam menumbuhkan nilai-nilai multikultural.
  • Anak yang terlalu nyaman dengan kultur sekolah Selama ini kultur di SD Eka Tjipta Kapuas Hulu sudah tidak asing dengan kondisi yang multikultural. Sehingga para warga sekolah sudah terbiasa dengan sikap toleransinya. Namun hal itu juga dapat menjadi penghambat, apabila peserta didik sudah terlalu nyaman dengan konsisi tersebut. Sehingga dikhawatirkan jika berada di luar sekolah peserta didik akan kaget, jika kulturnya kurang toleran, berbeda dengan di sekolahnya.
  • Orang tua yang menuntut penambahan pembelajaran Agama Ada beberapa orang tua yang menuntut agar jam pelajaran agama Islam ditambah dengan hafalan. Namun hal itu tidak bisa dilakukan sekolah karena akan terjadi kecemburuan terhadap siswa non muslim. Sehingga sekolah mengakomodasinya dengan program TPA dalam eksktrakurikulter bagi yang muslim dan program Bina Iman bagi yang nonmuslim.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Peran Guru PAI dalam menumbuhkan nilai-nilai Multikultural pada siswa di SD Eka Tjipta Kapuas Hulu dapat disimpulkan sebagai berikut:

  • Peran Guru PAI dalam menumbuhkan nilai-nilai Multikultural diwujudkan dalam pengembangan sikap toleransi, seperti menghargai teman yang sedang melalukan perayaan hari raya atau melaksanakan ibadah, menanamkan sikap no rasis dengan meeting morning yang berisi pembiasaan, menyanyikan lagu Indonesia Raya setiap pagi dan literasi agama sebelum masuk ke dalam kelas.
  • Faktor yang mendukung Guru PAI ketika menjalankan tugasnya sebagai pendidik, pengajar, pembimbing dan pelatih dalam menumbuhkan nilai- nilai multikultural yaitu, Fasilitas Ruang Ibadah yang mengakomodir semua Agama, Guru dari Berbagai Agama, Buku Pendukung untuk pembelajaran masing-masing agama serta Kultur Warga Sekolah SD Eka Tjipta Kapuas Hulu.
  • Faktor yang menghambat Guru PAI dalam menumbuhkan nilai-nilai multikultural adalah sebagai berikut, Kepribadian Guru, anak yang terlalu nyaman dengan kultur sekolah, serta orang tua yang menuntut penambahan pembelajaran Agama

Daftar Pustaka

Abdul Wahid, (2016), Pluralisme Agama, Mataram: LEPPIM

Askhabul Kirom, (2017). "Peran Guru dan Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran BerbasisMultikultural," Al-Murabbi Vol. 03, No. 01. Desember

Ahamd Tafsir, (2013). Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Abu Achmadi Cholid Narbuko, (2016). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Atmi    Pertiwi. "Tawuran   Mahasiswa dan        Pelajar" www.tempo.com. dalam Ainul Yaqin, (2005). Pendidikan Multikultural;Cross-culture Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan. Yogyakarta: Pilar Media

Andrea Lidwina, (20200. "Intoleransi, Pelanggaran Kebebasan Beragama Tebanyak Dilakukan Aktor Non-Negara" dalam databooks.katadata.co.id., Diakses Pada: 17 Sebtember

Abdurrahmansyah,(2017) "Pendidikan Multikultural Dalam Desain Kurikulum dan Pembelajaran Keagamaan Islam," dalam Jurnal Madania, Vol. 21, No. 1, Juni 2017.

Abdur Rahman Assegaf, (2011) Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Rajagrafindo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun