Mohon tunggu...
Firdaus
Firdaus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Guru Esde

Guru Esde Muara Tawang Estate

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menumbuhkan Nilai-nilai Multikultural di SD Eka Tjipta Kapuas Hulu

6 September 2024   22:09 Diperbarui: 6 September 2024   22:13 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan nilai-nilai multikultural di Sd Eka Tjipta Kapuas Hulu. Guru Pendidikan Agama Islam memiliki peranan yang sangat penting dalam menumbuhkan nilai multikultural terutama nilai toleransi. Dalam ajaran Islam pendidikan mutikultural ini tidak asing lagi, melainkan memang tertera jelas di dalam Al Qur'an dan Hadis Rasulullah Saw. Guru Pendidikan Islam hanya perlu menginternalisasikan ajaran multikultural dalam Al Qur'an dan Hadis serta mengintegrasikannya ke kehidupan siswa. Dengan adanya nilai multikultural terutama nilai toleransi pada peserta didik, maka peserta didik akan mampu berkehidupan sosial dan saling menghargai dan menghormati antar sesama. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Sementara teknik penjamin keabsahan data menggunakan triagulasi sumber. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Peran Guru PAI dalam menumbuhkan nilai-nilai Multikultural terhadap pengembangan sikap toleransi di SD Eka Tjipta Kapuas Hulu sudah baik. dapat dilihat dari beberapa perannya sebagai berikut: (a) Memupuk Budaya Toleransi, (b) Menanamkan Sikap No Rasis, (c) Morning Meeting (Pembiasaan), dan (d) Memberi Perlakuan sama Terhadap Perbedaan Kemampuan dan Gender. Selain itu, penulis mengidentifikasi beberapa faktor yang mendukung Guru PAI ketika menjalankan tugasnya sebagai pendidik, pengajar, pembimbing dan pelatih dalam menerapkan pendidikan multikultural yaitu: (a) Fasilitas Ruang Ibadah, (b) Guru dari Berbagai Agama, (c) Buku Pendukung, (d)Kultur Warga Sekolah SD Eka Tjipta Kapuas Hulu. Sedangkan faktor yang menghambat Guru PAI dalam menjalankan pendidikan multikultural adalah sebagai berikut: (a) Kepribadian Guru, (b) Anak yang terlalu nyaman dengan kultur sekolah, dan (c) Orang tua yang menuntut penambahan pembelajaran Agama.


Kata Kunci: Peranan Guru PAI, Nilai-Nilai Multikultural.

Pendahuluan 

Multikulturalisme sebagai sebuah pemahaman yang menekankan pada kesenjangan dan kesetaraan budaya lokal dengan tanpa mengabaikan hak-hak dan eksistensi budaya yang ada. Penekanan multikulturalisme adalah pada kesetaraan budaya. Paradigma mengenai pembangunan pendidikan yang sentralistik telah melupakan keberagaman kekayaan dan potensi yang dipunyai bangsa. Beberapa langkah mengenai tujuan pelakasanaan pendidikan sebagai bentuk media efektif untuk melahirkan generasi yang memiliki pandangan yang mampu menjadikan keragaman sebagai bagian yang harus diapresiasi secara konstruktif (Ngainum Naim dan Achmad Sauqi, 2008: 7-8).

Indonesia sebagai negara kesatuan berbangsa telah memiliki pancasila sebagai penganut dasar filosofis yang digali dari nilai-nilai luhur bangsa. Nilai- nilai budaya bangsa Indonesia sejak awal menyadari akan eksistensi kesatuan dalam keragaman. Prinsip dasar kebangsaan ini penting dipertahankan dalam pergaulan masyarakat yang kontemporer, karena menegaskan pentingnya kesetaraan, keadilan, keterbukaan, pengakuan perbedaan dan toleransi yang akan berujung harmoni. Dengan demikian sebagai sebuah gerakan budaya, multikulturalisme adalah bagian integral dalam sistem budaya dalam masyarakat yang salah satunya dalam pendidikan (Abdurrahmansyah, 2017: 82).

Pendidikan Agama Islam, gagasan multikultural bukanlah sesuatu yang baru dan ditakuti, setidaknya ada tiga alasan untuk itu.  Pertama, bahwa Islam mengajarkan menghormati dan mengakui keberadaan orang lain. Kedua, konsep persaudaraan Islam tidak hanya terbatas pada satu sekte atau golongan saja.  Ketiga, dalam pandangan Islam bahwa nilai tertinggi seorang hamba adalah terletak pada integralitas taqwa dan kedekatannya dengan Tuhan. Oleh karena itu, seorang guru PAI diharapkan mampu memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai multikultural dalam tugasnya sehingga mampu melahirkan peradaban yang toleransi, demokrasi, tenggang rasa, keadilan, harmonisasi, serta nilai-nilai kemanusiaan lainnya (Mahrus, 2013: 14).

SDS Eka Tjipta Kapuas Hulu yang merupakan salah satunya Sekolah Dasar yang dipilih sebagai objek dalam penelitian ini karena memiliki keberagaman yang unik diantaranya adalah aspek keagamaan, suku, bahasa dan budaya yang beragam. Pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) yang diberikan di SD Eka Tjipta Kapuas Hulu memang tidak sebanyak yang ada pada sekolah khusus Islam ataupun Madrasah Ibtidaiyah, untuk itu materi PAI yang diberikan masih sangat bersifat umum. Sehingga seorang guru PAI yang ada di SDS Eka Tjipta harus mampu mengaitkan materi-materi PAI yang begitu banyak baik dari segi akidah, akhlak, fiqih, dan SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) dengan nilai-nilai pendidikan multikultural. Keberagaman yang ada di SD Eka Tjipta Kapuas Hulu menunjukkan multikultural yang terjadi dapat mempengaruhi proses sosialisasi bagi siswa, baik saat proses pembelajaran maupun diluar proses pembelajaran. Untuk itu, posisi seorang guru Pendidikan Agama Islam memiliki pengaruh yang besar dalam proses menumbuhkan nilai-nilai multikultural. Tidak hanya dapat mengaitkan Pendidikan Agama Islam yang materinya terdapat nilai-nilai pendidikan multikultual, akan tetapi seorang guru PAI dapat berperan dalam menanamkan nilai-nilai multikultural secara praktik nyata atau memberikan contoh secara lagsung saat proses pembelajaran. Guru Pendidikan Agama Islam juga dapat menanamkan nilai-nilai multikultural dalam menggunakan perannya dalam proses pembelajaran.

Metode 

Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara utuh dan mendalam tentang realitas sosial dan berbagai fenomena yang terjadi dimasyarakat yang menjadi subjek penelitian sehingga tergambarkan ciri, karakter, sifat dan model fenomena tersebut (Wina Sanjaya, 2013: 47).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun