"Sebenarya ayah yang akan membeli Ice Cream untuk Haezel, ayah menyuruh Ibu untuk tidak memberutahu Haezel"
     "Ooh seperti itu, tapi ayah sekarang hujan. Ibu suka mengomel jika Haezel makan Ice Cream saat hujan"
     "Tidak apa-apa, kita akan tetap membeli Ice Cream. Memangnya Haezel saja yang mau? Ayah juga mau dong"
     "Asikkk, terima kasih ayah!"
     "Jangan beritahu Ibu ya. Ini rahasia ayah dengan princess ayah saja" dilanjutkan dengan kedipan satu mata yang menjadi ciri khasnya.
     "Siap ayah!" Haezel pun mencoba berkedip seperti ayahnya, namun realitanya ia tidak bisa dan malah mengedipkan kedua matanya secara bersamaan. Ayah Haezel yang melihatnya terkekeh dan sangat gemas pada tingkah putri kecilnya.
***
Â
Red Rose
     Dua minggu telah berlalu sejak pemakaman Ayah Haezel dilaksanakan. Di rumah yang menjadi saksi keharmonisan keluarga kecil itu terlihat sangat sepi. Dua perempuan telah ditinggal pergi oleh sosok pelindung mereka. Walaupun biasanya mereka memang sering menjalani hari-harinya tanpa Ayah karena tengah sibuk dengan pekerjaannya di rumah sakit, rasanya kini sangat berbeda. Kosong dan hampa, ini kata yang tepat untuk menggambarkan  isi hati dua perempuan itu.
     "Haezel sedang apa?" sang Ibu bertanya pada gadis kecil yang terlihat sedang memandang foto sang Ayah. Haezel tidak memberi jawaban.