"Akan aku sampaikan melalui doa."
"Mengapa tidak langsung saja paman?" tanyanya,
"22 tahun paman dicintai dan mencintai ibu paman, menghabiskan setiap detik bersama beliau hanya untuk tertawa dan bercerita hal tidak penting. Namun, Tuhan lebih membutuhkan beliau di surga sana." Jawabku sembari tersenyum.
Gadis itu memahami apa yang kukatakan, dia lantas tersenyum dan mengajak adiknya untuk segera pulang. Sedangkan aku melangkah kecil menjauhi bangku yang selalu aku tempati itu. Mengingat ketika ibu selalu menontonku bertanding sembari membawa roti isi daging dan susu cokelat kesukaanku. Melambaikan tangannya yang mungil itu dari bangku ini. Aku mengeluarkan ponsel yang kubawa dan memasang headset.Kudengarkan lagu yang selalu mengingatkanku akan ibu.
Letih terlihat diwajah yang tua itu
Tertidur pulas dalam alunan gelap malam
Dibalik senyummu teduhkanku
Terbayang potret kala engkau masih muda
Ajarkan sebuah kata cinta dalam hidup
Kekuatan kasihmu nyata pulihkan jiwaku yang kadang goyah
Pesonamu masih jelas kurasa hingga kini
Menemani hingga ku dewasa
Derai airmata dan pengorbananmu takkan tergantikan
Terima kasih ibu..
Waktu cepat bergulir
Sisakan banyak kisah
Dia yang kau cintai tlah lama meninggalkan dirimu sendiri
Namun tetap kau berdiri tegak pada dunia
Lagu ini selalu menemaniku, Pesona Potretmu oleh Ada Band.
Ibu....
Apakah Ibu senang di surga sana?
Apakah doaku selalu sampai?
 Altara sayang ibu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H