"Ah tidak, aku hanya merasa bahwa ibuku merupakan ibu yang berbeda dari yang lain." Ucapnya,
Perlahan aku tatap wajah gadis ini, aku bisa menyimpulkan bahwa dia merupakan gadis belia yang sedang melewati masa pubertas dan mencari kebebasan tersendiri. Namun, masih terhalang oleh peraturan dan keinginan orang tua.
"Bagaimana kamu bisa seyakin itu?" tanyaku.
"Ibu hanya selalu ingin menjadi ibu, tidak pernah sedikitpun ingin menjadi temanku, ataupun sahabatku. Aku juga mau seperti teman-temanku diluar sana. Yang bisa berbincang panjang lebar dengan ibu layaknya sahabat, yang bisa terbuka sampai dengan pengalaman pribadi tanpa ada sedikit batasan, yang tidak ada sedikitpun jarak yang lebar dan terbatas pada hubungan ibu-anak." Ketusnya,
Aku yang mendengar omongan gadis belia ini, mulai menulis sesuatu di buku kecil yang aku bawa. Lalu aku memberikan itu kepada dirinya. Dia yang membaca itupun bertanya,
"Ini apa?"
"Itu adalah perbincangan antara diriku dengan ibu. Dan kala itu ibu benar-benar menjadi sahabatku."
"Ini kan perbincangan sepele." Ucapnya,
"Tapi bukankah sahabatmu pasti pernah meminta bantuanmu?"
Gadis itu terdiam sembari melihat ulang kertas yang kuberikan.
Belikan Ibu gula sekilo di warung depan, nanti kalau ada kembalian ya kamu pake buat beli jajanan.